Faktor kedua, kata dia, adalah hilangnya friksi di kampas rem akibat overheat atau terlalu panas.
Penyebab kampas rem menjadi terlalu panas tidak lain karena terlalu sering digunakan.
Misalnya, saat kondisi macet berjam-jam saat tanjakan atau turunan, pengemudi cenderung menggunakan rem kaki daripada rem tangan.
Situasi diam atau berhenti-jalan membuat kerja rem semakin berat, apalagi bila ditambah beban angkut yang besar.
“Peningkatan suhu itu menyebabkan hilangnya friksi atau gesekan. Sehingga, rem bisa blong,” paparnya.
Lantas, bagaimana caranya agar rem tidak mudah blong, khususnya untuk kendaraan-kendaraan besar?
Jayan menjelaskan, pengemudi atau orang yang mengurus kendaraan tersebut harus menggunakan minyak rem sesuai dengan rekomendasi dari pabrik.
“Maintenance secara berkala, bagian-bagiannya diganti secara rutin. Sesuaikan beban maksimal dengan rekomendasi pabrikan,” terangnya.
Lebih lanjut, apabila sopir harus mengerem secara kontinyu, maka sopir harus mengerem dengan menggunakan engine brake.
“Mengemudi pelan-pelan saja, terutama saat beban berat,” kata Jayan.
Dijelaskannya, engine brake merupakan merupakan teknik memperlambat kecepatan mobil dengan cara mengandalkan putaran mesin ketika transmisi diturunkan ke gigi yang lebih rendah.
Trik ini berguna untuk meringankan kerja rem mobil yang kewalahan dalam memperlambat laju mobil.
Pemanfaatan engine brake, kata dia, biasa dilakukan di jalanan menurun yang ekstrem dan panjang ataupun saat kondisi darurat. Dalam situasi tersebut, rem pasti bekerja keras.
Namun, jika dipaksa mengerem terus-menerus, beban rem akan berlebihan. Rem bisa panas dan kurang responsif. Salah-salah akhirnya rem malah blong.
Agar tidak seperti itu, sangat disarankan untuk menggunakan engine brake.