Menurut Kurnia, putranya itu juga bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang benar lantaran harus bersosialisasi dengan teman-teman lain.
Selama sekolah dari rumah dua tahun belakangan, komunikasi putra Kurnia kebanyakan menggunakan bahasa Inggris karena pengaruh tayangan kartun di YouTube yang notabene menggunakan bahasa Inggris.
“Kalau sekolah kan dia bisa pakai bahasa Indonesia. Kebawa deh ke rumah kalau dia ngomong bahasa Indonesia. Sebelumnya, hanya ngomong bahasa Indonesia sedikit-sedikit saja, banyakan bahasa Inggrisnya,” ucap Kurnia.
Tidak hanya itu, jika belajar di sekolah, putranya bisa mempelajari bahasa Jawa segala tingkatan.
“Ini sih yang bikin aku senang dia balik sekolah karena bisa belajar bahasa Jawa. Aku enggak bisa ngajarin bahasa Jawa ke dia juga soalnya. Dia enggak paham kalau aku yang ngajarin. Ujung-ujungnya, kita semua jengkel,” ucap dia lagi.
Kurnia berharap, sekolah bisa menyelenggarakan PTM 100 persen lagi agar anak-anak bisa menikmati masa kecil bersosialisasi dengan teman-teman. Sehingga, siswa tidak merasa kesepian dan hanya tergantung dengan teknologi untuk menghibur diri.
“Untuk orang tua murid, ya, ayolah kita itu jaga diri juga. Jangan mentang-mentang kebal dari Covid-19 terus enggak maskeran. Kalau ada penularan di sekolah atau di daerah, kan anak kita juga kena imbasnya. Ini kerja kolektif kita, sih,” tandasnya. (ard)
Baca Tribun Jogja edisi Jumat 4 Februari 2022 halaman 01.