Hitler sangat percaya Goebbels masih setia, dan akan bersamanya hingga ujung nasib.
Sesudah itu Hitler meminta semua surat dan dokumen penting dikumpulkan, untuk dibakar di halaman di atas bunker.
Fuhrer lantas memanggil Jenderal Keitel dan Jodl, memberi mereka perintah agar berangkat ke front selatan menemui pasukannya.
Keitel protes karena Hitler tetap di Berlin.
Begitu juga Jodl yang terus mendesak Hitler segera mengungsi ke tempat tetirahnya di pegunungan.
Sebab, sebagai tentara tulen, ia tidak mau pergi tanpa panglima tertingginya di saat genting seperti itu. Tapi Hitler memaksa keduanya segera berangkat.
Hitler meminta keduanya berkoordinasi dengan Herman Goering, untuk urusan langkah politik dan militer selanjutnya.
Tak ada yang bisa dilakukan lagi, Jodl dan Keitel serta Jenderal Koller meninggalkan bunker, guna mengorganisasi pasukannya yang mulai keteteran di mana-mana.
Front utara sudah jebol. Tentara Rusia dan barisan tanknya sudah memasuki tepi utara kota Berlin.
Kepala Staf Angkatan Perang Jerman mendirikan posko di Kremptniz, kota kecil di antara Postdam dan Berlin.
Di tempat itu Koller dan Jodl bertemu. Terungkap, Hitler ternyata di bunker sempat berkata, jika harus berunding untuk perdamaian, ia mempercayai Goering mampu melakukan.
Goering saat itu sudah berada di Munich (Munchen). Hari berikutnya akan jadi masa menentukan, ke mana arah rezim Nazi Jerman? (Tribunjogja.com/xna)
*) Cerita disarikan dari buku ‘The Last Days of Third Reich : William Shirer (1960)”