Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gunung Merapi tercatat mengeluarkan guguran lava pijar sebanyak 19 kali dalam sepekan terakhir.
Hal itu berdasarkan hasil laporan pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Dalam laporannya, BPPTKG Yogyakarta menyampaikan dalam kurun sepekan terakhir, yakni sejak 1 - 7 Januari 2021, guguran lava pijar Gunung Merapi teramati sebanyak 19 kali dengan jarak luncur maksimal 800 meter ke hulu Kali Krasak.
Kemudian, pada 7 Januari 2021 mulai terjadi awan panas sebanyak 4 kali, yaitu pada pukul 08.02 WIB, 12.50 WIB, 13.15 WIB, dan 14.02 WIB.
Jarak luncur awan panas guguran diperkirakan kurang dari 1 km ke arah hulu Kali Krasak.
Baca juga: UPDATE Gunung Merapi, BPPTKG Sebut Kubah Lava 2021 Telah Terbentuk, Posisinya di Atas Lava 1997
Baca juga: Gunung Merapi Keluarkan 4 Kali Awan Panas hingga Kamis Sore, Ini Imbauan BPPTKG Yogyakarta
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, menuturkan analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor barat daya pada 7 Januari 2021 terhadap 24 Desember 2020 menunjukkan adanya perubahan morfologi area puncak karena aktivitas guguran dan adanya kubah lava baru.
Dalam minggu ini, lanjut Hanik, kegempaan Gunung Merapi tercatat 4 kali awan panas guguran (AP), 541 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 2.270 kali gempa Fase Banyak (MP), 4 kali gempa Low Frekuensi (LF), 611 kali gempa Guguran (RF), 628 kali gempa Hembusan (DG), dan 4 kali gempa Tektonik (TT).
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu," papar Hanik.
Adapun deformasi atau penggembungan tubuh Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan electronic distance measurement (EDM) pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 15 cm/hari.
"Pada minggu ini terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 46 mm/jam selama 75 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 6 Januari 2021 dan dilaporkan terjadi penambahan aliran di kali
Boyong," tambah Hanik.
Cuaca di sekitar Gunung Merapi dalam minggu ini umumnya cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut.
Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah.
Tinggi asap maksimum 800 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo pada 7 Januari 2021 pukul 06.40 WIB.
Pada 4 Januari 2021 pukul 19.50 WIB tercatat guguran lava pijar untuk pertama kali, yang terekam di seismogram dengan amplitudo 33 mm dan durasi 60 detik.
Suara guguran terdengar hingga Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan.
Sementara itu, sejak Kamis (7/1/2021) pukul 18.00 WIB hingga Jumat (8/1/2021) pukul 12.00 WIB tercatat 19 kali guguran lava pijar Gunung Merapi.
Di antaranya, Kamis periode 18.00-24.00 WIB ada 10 kali guguran, Jumat periode 00.00-06.00 WIB ada 4 kali guguran, dan Jumat periode pukuk 06.00 WIB - 12.00 WIB ada 5 kali guguran.
Fase Awal Erupsi Baru
Status Gunung Merapi yang terletak di perbatasan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah hingga saat ini masih berada di level Siaga.
Dilaporkan, saat ini Gunung Merapi mulai memasuki fase awal erupsi baru yang didasarkan pada beberapa tanda-tanda serta indikator pengamatan.
Salah satunya adalah mulai munculnya titik api diam serta lava pijar yang mulai terpantau dari puncak Gunung Merapi.
Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Agus Budi Santoso, mengungkapkan saat ini memang Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi baru, yakni erupsi 2021.
Baca juga: Ratusan Warga Lereng Gunung Merapi dari 4 Desa di Magelang Kembali ke Tempat Pengungsian
Baca juga: Update Terbaru Gunung Merapi, Awan Panas Kembali Meluncur ke Arah Kali Krasak
Fenomena ini ditandai dengan pengamatan api diam dan lava pijar yang mulai tampak di puncak Gunung Merapi.
"Saat ini Merapi memasuki fase erupsi baru, yaitu fase erupsi 2021. Fenomena utamanya adalah pengamatan api diam dan lava pijar. Rekomendasi tetap dipertahankan, ada potensi erupsi eksplosif. Sehingga rekomendasi berdasarkan skenario erupsi eksplosif masih dipertahankan," ujar Budi dalam Siaran Informasi BPPTKG, Selasa (5/1/2021) lalu.
Titik Api Diam dan Pergerakan Magma
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida mengungkapkan, sejak 31 Desember 2020 pukul 21.08 WIB muncul fenomena masyarakat bisa melihat adanya pijaran sinar di puncak Merapi.
Peristiwa itu terpantau dari CCTV Tunggularum dan thermal camera di Panguk.
Menurut Hanik, pijaran atau sinar yang tampak ini tidak berhenti, hingga terakhir teramati pada Selasa (4/1/2021) pukul 19.52 WIB.
"Muncul api diam lava pijar di dasar Lava1997," imbuhnya Hanik.
Ia menambahkan, citra satelit mengonfirmasi keberadaan gundukan yang diduga adalah material baru.
Sebagian mengalami longsor bersama material lama ke arah selatan-barat daya.
"Lava pijar tadi malam ini terus terjadi. Magma sudah mencul di permukaan. Indikator bahwa magma terus menuju ke permukaan," ucap Hanik.
Ia menerangkan, magma ini sudah terakumulasi di bawah permukaan.
Posisi magma yang muncul berada di ujung rekahan, munculnya material baru di ujung bibir bawah mengakibatkan ketika ia muncul, langsung runtuh.
Kendati demikian, terkait sudah muncul atau belumnya kubah lava baru, Hanik mengatakan diperlukan pengamatan lebih lanjut.
"Secara fisiknya berupa magma baru yang batasnya ada material lamanya. Ini masih harus terus kita perhatikan, kalau berkembang berarti ada kubah lava baru," bebernya.
Hanik menambahkan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi sampai saat ini masih tinggi.
Demikian juga dengan deformasi melalui EDM.
"Secara teknis bisa dikatakan saat ini Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi 2021. Namun ini baru awal indikasi proses ekstrusi magma yang akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang masih tinggi," tandasnya.
( tribunjogja.com )