Posisi magma yang muncul berada di ujung rekahan, munculnya material baru di ujung bibir bawah mengakibatkan ketika ia muncul, langsung runtuh.
Kendati demikian, terkait sudah muncul atau belumnya kubah lava baru, Hanik mengatakan diperlukan pengamatan lebih lanjut.
"Secara fisiknya berupa magma baru yang batasnya ada material lamanya. Ini masih harus terus kita perhatikan, kalau berkembang berarti ada kubah lava baru," bebernya.
Baca juga: BREAKING NEWS : Gunung Merapi Masuki Awal Fase Erupsi Baru, Magma Mulai Muncul di Permukaan
Baca juga: BPPTKG : Aktivitas Terus Meningkat, Penggembungan Tubuh Gunung Merapi Capai 21 Sentimeter per Hari
Hanik menambahkan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi sampai saat ini masih tinggi.
Demikian juga dengan deformasi melalui EDM.
"Secara teknis bisa dikatakan saat ini Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi 2021. Namun ini baru awal indikasi proses ekstrusi magma yang akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang masih tinggi," tandasnya.
Ancaman bahaya ke tenggara dan barat daya
Menurut Hanik, ancaman potensi bahaya salah satunya ke arah bukaan kawah menuju Kali Gendol.
"Jadi ke arah tenggara pun masih punya potensi karena diamater kawah hanya 400 m. Selain itu ke barat daya juga," tuturnya.
Adapun rekomendasi BPPTKG untuk semua stakeholder terkait masih sama. Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mengatasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
Selain itu, penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
( tribunjogja )