TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Status Gunung Merapi yang terletak di perbatasan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah hingga saat ini masih berada di level Siaga.
Dilaporkan, saat ini Gunung Merapi mulai memasuki fase awal erupsi baru yang didasarkan pada beberapa tanda-tanda serta indikator pengamatan.
Salah satunya adalah mulai munculnya titik api diam serta lava pijar yang mulai terpantau dari puncak Gunung Merapi.
Baca juga: Suara Guguran Merapi Terdengar Hingga Pos Babadan, Lava Pijar Muncul di Dasar Lava 1997
Baca juga: Gunung Merapi Alami Guguran Lava Pijar Senin Malam, BPPTKG Imbau Tingkatkan Kewaspadaan
Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta, Agus Budi Santoso, mengungkapkan saat ini memang Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi baru, yakni erupsi 2021.
Fenomena ini ditandai dengan pengamatan api diam dan lava pijar yang mulai tampak di puncak Gunung Merapi.
"Saat ini Merapi memasuki fase erupsi baru, yaitu fase erupsi 2021. Fenomena utamanya adalah pengamatan api diam dan lava pijar. Rekomendasi tetap dipertahankan, ada potensi erupsi eksplosif. Sehingga rekomendasi berdasarkan skenario erupsi eksplosif masih dipertahankan," ujar Budi dalam Siaran Informasi BPPTKG, Selasa (5/1/2021).
Titik Api Diam dan Pergerakan Magma
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida mengungkapkan, sejak 31 Desember 2020 pukul 21.08 WIB muncul fenomena masyarakat bisa melihat adanya pijaran sinar di puncak Merapi.
Peristiwa itu terpantau dari CCTV Tunggularum dan thermal camera di Panguk.
Menurut Hanik, pijaran atau sinar yang tampak ini tidak berhenti, hingga terakhir teramati pada Selasa (4/1/2021) pukul 19.52 WIB.
"Muncul api diam lava pijar di dasar Lava1997," imbuhnya Hanik.
Ia menambahkan, citra satelit mengonfirmasi keberadaan gundukan yang diduga adalah material baru.
Sebagian mengalami longsor bersama material lama ke arah selatan-barat daya.
"Lava pijar tadi malam ini terus terjadi. Magma sudah mencul di permukaan. Indikator bahwa magma terus menuju ke permukaan," ucap Hanik.
Ia menerangkan, magma ini sudah terakumulasi di bawah permukaan.
Posisi magma yang muncul berada di ujung rekahan, munculnya material baru di ujung bibir bawah mengakibatkan ketika ia muncul, langsung runtuh.
Kendati demikian, terkait sudah muncul atau belumnya kubah lava baru, Hanik mengatakan diperlukan pengamatan lebih lanjut.
"Secara fisiknya berupa magma baru yang batasnya ada material lamanya. Ini masih harus terus kita perhatikan, kalau berkembang berarti ada kubah lava baru," bebernya.
Baca juga: BREAKING NEWS : Gunung Merapi Masuki Awal Fase Erupsi Baru, Magma Mulai Muncul di Permukaan
Baca juga: BPPTKG : Aktivitas Terus Meningkat, Penggembungan Tubuh Gunung Merapi Capai 21 Sentimeter per Hari
Hanik menambahkan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi sampai saat ini masih tinggi.
Demikian juga dengan deformasi melalui EDM.
"Secara teknis bisa dikatakan saat ini Gunung Merapi sudah memasuki fase erupsi 2021. Namun ini baru awal indikasi proses ekstrusi magma yang akan terjadi berdasarkan data seismik dan deformasi yang masih tinggi," tandasnya.
Ancaman bahaya ke tenggara dan barat daya
Menurut Hanik, ancaman potensi bahaya salah satunya ke arah bukaan kawah menuju Kali Gendol.
"Jadi ke arah tenggara pun masih punya potensi karena diamater kawah hanya 400 m. Selain itu ke barat daya juga," tuturnya.
Adapun rekomendasi BPPTKG untuk semua stakeholder terkait masih sama. Pemerintah Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, dan Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mengatasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.
Selain itu, penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.
( tribunjogja )