BPPTKG : Guguran Gunung Merapi Semakin Sering, Ada Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal

Penulis: Maruti Asmaul Husna
Editor: Kurniatul Hidayah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida.

Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pasca ditetapkannya status siaga (level III) Gunung Merapi pada 5 November 2020, intensitas kegempaan serta guguran yang terjadi semakin meningkat. 

Pada Rabu (11/11/2020) misalnya, terdengar 9 kali suara guguran dan teramati 1 kali guguran dengan jarak luncur kurang lebih 700 meter ke arah Kali Senowo. 

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan guguran yang beberapa hari terakhir ini sering terjadi berada di sisi barat dan barat laut. 

"Guguran saat ini ada di sisi barat, barat laut. Morfologi kawah juga ada perubahan di sana," ujar Hanik dalam konferensi pers, Rabu (11/11/2020). 

Baca juga: Hasil Swab Warga di Tempat Pengungsian Magelang, 7 Negatif dan 2 Masih Menunggu Hasil

Baca juga: Giatkan Gerakan Literasi, Kampung Baca Pengok Yogyakarta Kembangkan Perpustakaan Daring

Namun, terkait potensi arah erupsi ke depan, Hanik menerangkan potensi erupsi bisa saja ke arah bukaan kawah tersebut atau ke arah lainnya.

Faktor lainnya yang harus diamati adalah pusat munculnya kubah lava kelak. 

"Tapi kita melihat nanti pusat munculnya kubah lava ada di mana. Masih kita tunggu. Potensi (erupsi) ke sana masih ada karena perubahan morfologi ada di sana. Tapi ini tidak mutlak. Karena dulu erupsi 2006 arah kubah lava ke sana, tetapi menggokne runtuhan piroklastik ke selatan," tutur Hanik. 

Hanik menjelaskan dinding kawah yang beberapa hari terakhir mengalami guguran merupakan material lama sisa-sisa kubah lava yang terbentuk dari erupsi tahun 1888, 1954, dan 1948.

Ditanya tentang penyebab terjadinya guguran itu, Hanik menjelaskan ada dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal.

Terlebih, lava 48 (kubah lava sisa erupsi 1948) semisal sudah mengalami atrasi atau lapuk. 

"Runtuhnya dinding kawah itu ada faktor internal dan eksternal. Lava 48 sudah teratrasi atau lapuk sehingga mudah mengalami perubahan morfologi itu tadi," ungkapnya. 

Baca juga: Terdengar 9 Kali Guguran dari Puncak Gunung Merapi Sepanjang Rabu Kemarin

Baca juga: Kecamatan Zona Merah di Bantul Bertambah, Berikut Penjelasannya

Posisi Tekanan Magma di Atas 1,5 Kilometer dari Puncak 

Terkait posisi magma saat ini, Hanik menambahkan, posisi magma dapat dilihat dari hiposenter atau pusat terjadinya kegempaan Gunung Merapi. 

"Posisi magma saat ini kalau dilihat dari hiposenternya sudah sangat di permukaan. Dilihat dari pusat terjadinya kegempaan atau hiposenter. Namun, sampai saat ini kubah lava belum sampai di permukaan," ucapnya. 

Halaman
12

Berita Terkini