TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Gunung Merapi (2.930 mdpl) naik status aktivitasnya dari Waspada (level II) ke Siaga (level III), Kamis (5/11/2020) siang.
Peningkatan status ini tepat 10 tahun setelah mega erupsi 5 November 2010, yang menandai fase penjebolan kubah lava gunung ini.
Letusan itu dinyatakan letusan terbesar, yang jarak jangkau luncuran awan panasnya mencapai 15 kilometer menyusuri Kali Gendol.
Jarak aman saat itu diperluas hingga radius 20 kilometer dari puncak.
Baca juga: BREAKING NEWS : Status Gunung Merapi Resmi Naik ke Level Siaga
Baca juga: Status Gunung Merapi Naik ke Level Siaga, Ini Beberapa Rekomendasi BPPTKG Yogyakarta
Menurut mantan kepala BPPTK Yogyakarta (2010), Subandriyo, letusan mencapai indek VEI 4.
Jumlah material yang dimuntahkan mencapai lebih dari 150 juta meter kubik.
Secara riwayat satu abad terakhir, atau sejak abad 18 tercatat sudah lebih dari 100 kali erupsi.
Erupsi dahsyat terakhir sebelum 2010 terjadi pada 1872.
Saat itu tercatat erupsi mencapai magnitude VEI (Volcano Explosivity Index) 4.
Jumlah material yang dikeluarkan lebih dari 100 juta meter kubik. Erupsi ini menimbulkan bencana besar.
Menurut Subandriyo, penduduk yang bermukim di atas elevasi 1.000 meter menjadi korban.
Bencana ini terulang kembali 138 tahun kemudian, yaitu pada 2010.
Saat itu pola dan jenis erupsinya sama, tetapi arah letusannya berbeda.
Merapi menyemburkan material vulkanik ek arah selatan dan tenggara.
Data dasar gunung api menurut Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), sejarah gunung api Merapi dibagi dalam empat periode besar.