Slamet mengakui sejak empat tahun terakhir, kopi mendapatkan tempat layak di masyarakat. Kedai dan kafe bertebaran. Harga komoditas ini di level petani ikut terkerek.
Para pebisnis minuman kopi memerlukan pasokan bahan yang memadai, berkualitas tinggi, dan memiliki ciri serta karakter tertentu.
Biji kopi Babadan menurut Slamet sudah memiliki pasar sendiri. Ia tidak khawatir stok kopi yang ia tangani kehilangan pembeli.
Baca juga: Jadwal Liga Spanyol Pekan 8 LIVE beIN SPORTS 1 Jam Tayang Alaves vs Barcelona, Real Madrid vs Huesca
Baca juga: RESMI, Bagus Kahfi Gabung FC Utrech di Liga Belanda
Pandemi virus Corona memang berdampak lumayan. Namun bukan berarti bisnis perkopian mandek. “Pembeli tetap ada, dan dari petani pun jika punya stok pasti saya ambil,” kata Slamet yang hanya tamat SMP Negeri 2 Dukun.
Slamet sejak kelas 2 SMP, sudah ikut membantu ayahnya berkebun, merawat dan membesarkan kopi. Ketekunannya berbuah sangat baik.
Tak meneruskan SMA, Slamet mengikuti Kejar Paket C, yang ijazahnya ia pakai untuk melanjutkan kuliah di sebuah perguruan tinggi keagamaan swasta di Magelang.
“Saya ada stok cukup banyak, tersimpan sangat baik. Ada yang mau memborong, tapi saya tahan dulu,” kata pemuda kelahiran 25 Februari 2000 ini.
Ia memiliki alasan khusus, bersifat taktis bisnis. Slamet Wahyuni bertindak sebagai pengepul biji kopi Dusun Babadan.
Ia lalu menjual kopi dalam bentuk green bean. Sebagian kecil ia roasting, lalu digiling dan disiapkan dalam bentuk kopi bubuk.
Slamet membuat label merek Kopi Merapi Babadan. “Penjualan sementara baru lewat media sosial,” akunya.
Ia sebenarnya bisa menjual di market place, tapi belum siap memulainya. “Harus siap stok kalo sudah masuk market place,” katanya.
Namun begitu, lewat jaringan pebisnis kopi lokal, regional maupun nasional, Slamet tidak terlampau sulit memasarkan komoditas pertanian ikon Kabupaten Magelang ini.
Selain menjual dan memperkenalkan kopi Merapi Babadan, Slamet Wahyuni secara teknis ikut menangani kopi sesudah dipetik dari kebun.
Mulai saat pengupasan, pengeringan, hingga penyimpanan. “Saya juga kadang membantu menangani di kebun jika misal ada serangan hama atau penyakit,” katanya.
Selebihnya pekerjaan perawatan dan pemeliharaan di kebun jadi tanggungjawab Pak Poni, ayah Slamet. “Urusan kebun bagian saya,” kata Pak Poni.