"Ada anak yang satu gawai itu dipakai bareng-bareng untuk kakak dan adiknya. Tidak bisa mengikuti pelajaran sesuai jadwal. Jadi guru harus melakukan pembelajaran di luar jam untuk anak-anak tertentu," bebernya.
"Sebenarnya dengan BDR, guru punya beban yang lebih walau pun tidak dengan guru kunjung," sambungnya.
Adapun jadwal BDR sama seperti pembelajaran tatap muka, yaitu 40 menit untuk satu jam pelajaran.
Namun, banyak waktu tersita di awal hanya untuk mengisi presensi siswa.
"Belum lagi guru harus menelepon kalau anak belum bangun," ungkap Supriyati. (TRIBUNJOGJA.COM)