Bantul

Awal Kemarau, 1 Dusun di Bantul yang Mulai Kekeringan Minta Dropping Air Bersih

Penulis: Ahmad Syarifudin
Editor: Ari Nugroho
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto, ketika memberikan keterangan kepada media

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Selain bencana non-alam Corona Virus Disease atau (COVID-19), Kabupaten Bantul saat ini tengah bersiap menghadapi bencana alam kekeringan, seiring memasuki musim kemarau.

Bahkan, di awal musim kemarau ini, sudah ada wilayah yang terdampak dan meminta di droping air bersih.

"Saat ini baru ada satu yang sudah meminta (ke BPBD) untuk droping air bersih yaitu di Desa Wukirsari, dusun Nogosari," kata Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto, Selasa (28/7/2020).

Dwi mengatakan, menghadapi musim kemarau, pihaknya sudah melakukan pemetaan terkait wilayah potensi rawan kekeringan di Bantul.

Terutama di wilayah dengan kontur lahan perbukitan.

Pemetaan tersebut, menurut dia, mengacu berdasarkan release yang disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY yang menyebut bahwa prakiraan puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Agustus mendatang.

Pihaknya berharap prediksi tersebut tidak berubah. Artinya kemarau tahun ini akan berlangsung pendek sehingga pengaruh terhadap kekeringan di Kabupaten Bantul tidak semakin meluas.

Dwi memperkirakan, apabila puncak kemarau terjadi dibulan Agustus, maka di bulan September, dimungkinkan sudah selesai.

Gangguan Sosial dan Covid-19 Jadi Kerawanan di Pilkada Bantul 2020

"Mudah-mudahan Kabupaten Bantul belum mengalami kekeringan yang sangat mengkhawatirkan," harap dia. Sebab, apabila puncak kemarau berubah dan berlangsung lebih panjang dari prediksi sebelumnya, Dwi khawatir cakupan luasan daerah yang terdampak kekeringan di Bumi Projotamansari akan semakin meluas.

Siapkan Anggaran Rp 40 - 50 Juta

Saat ini, BPBD kabupaten Bantul terus melakukan pelbagai persiapan guna menghadapi ancaman bencana kekeringan di musim kemarau.

Satu diantaranya dengan menyiapkan anggaran. Dwi mengaku sudah menganggarkan sebesar Rp 40 sampai Rp 50 juta yang siap digunakan untuk kegiatan droping air bersih, manakala ada warga yang membutuhkan bantuan.

Menurut dia, bagi warga yang menginginkan bantuan droping air bersih harus memenuhi persyaratan.

Di antaranya memiliki tandon air. Kebijakan itu diterapkan mengingat saat ini masih dalam suasana pandemi corona virus disease atau (Covid-19) sehingga droping air tidak memungkinkan langsung mencapai rumah-rumah warga.

Akan tetapi akan didrop di salah satu tempat penampungan terdekat. "Sehingga lebih mudah dan tidak membahayakan satu sama lain," ucap dia.(TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkini