Hasil Rapid Test Massal Pengunjung Indogrosir di Sleman, Total Ada 52 Orang Dinyatakan Reaktif

Penulis: Santo Ari
Editor: Muhammad Fatoni
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masyarakat Sleman yang merupakan pengunjung indogrosir melakukan rapid test massal hari kedua

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman telah menyelesaikan Rapid Diagnostic Test (RDT) massal selama tiga dari Selasa (12/5/2020) hingga Kamis (14/5/2020).

Hasilnya, tercatat total ada 52 orang dinyatakan reaktif setelah menjalani rapid test yang digelar di GOR Pangukan Sleman tersebut.

Pemkab Sleman membuka kuota rapid test sebanyak 1.500 peserta, bagi pengunjung supermarket Indogrosir.

Namun saat pendaftaran, hanya 1.422 yang dinyatakan lolos seleksi untuk mengikuti rapid test massal itu.

Pada rapid test hari pertama yang digelar pada Selasa (12/5/2020), ada 461 peserta yang menjalani tes.

Dan hasilnya, 20 orang di antaranya dinyatakan reaktif.

Rapid Test Massal Selama Tiga Hari untuk Pengunjung Indogrosir di Kota Yogyakarta, Ini Hasilnya

UPDATE Sebaran Rinci Kasus Virus Corona di 34 Provinsi di Indonesia Hari Ini Kamis 14 Mei 2020

Sementara pada hari kedua, Rabu (13/5/2020) yang diikuti oleh 427 orang, 19 orang di antaranya dinyatakan reaktif.

Sedangkan pada hari terakhir pelaksanaan rapid test massal pada Kamis (14/5/2020) hari ini, tercatat ata 339 yang hadir.

"Dari 339 tersebut, terdapat 13 yang reaktif, selebihnya negatif," jelas Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo.

Masyarakat Sleman yang merupakan pengunjung indogrosir melakukan rapid test massal hari kedua , Rabu (13/5/2020). (Dok Humas Pemkab Sleman)

Sehingga, total keseluruhan peserta rapid test adalah 1.227, dan total yang dinyatakan reaktif ada 52 orang.

Bagi mereka yang reaktif, Dinas Kesehatan Sleman telah melakukan tracking tentang aktivitas pengunjung di Indogrosir.

"Mereka memilih barang, kemudian kalau tidak jelas kemudian bertanya ke pramuniaga, kemudian membayar di kasir. Nah kontak dengan kasir ini yang lama," ujarnya.

"Waktu itu belum ada pengamanan kasir terhadap pelanggan. Memang di akhir-akhir (kasir) baru mengenakan face shield. tapi sebelumnya tidak. Dan seharusnya, di kasir ada pembatas mika, dan antrean juga harus diberi jarak," imbuhnya.

Timbulnya hasil reaktif ini, menurutnya, karena proses antre di kasir dan pembayaran yang memakan waktu.

Selain itu jarak antara petugas kasir dan pengunjung tidak sampai satu meter.

Kasus Positif Covid-19 di DIY Bertambah 4 Orang, Berikut Rincian Penambahan dan Riwayat Penularannya

Pemda DIY Bawa Pulang 26.400 PCR

Selain itu, ia menjelaskan penularan virus ini dikarenakan adanya percikan droplet.

Virus pun bisa menempel di barang dan bertahan sampai beberapa hari.

"Dari barang juga bisa, kebetulan yang reaktif jadi positif banyak petugas yang bekerja di gudang. Virus bisa menempel di kardus, atau barang yang akhirnya didisplay. Itu termasuk salah satu potensi penularan," terangnya.

Seorang peserta rapid test massal, Juniando wahyu (21) warga Maguwoharjo, Depok, Sleman menceritakan dirinya berbelanja di Indogrosir pada 1 Mei 2020 lalu.

Pengunjung Indogrosir yang merupakan Warga Sleman melakukan rapid test massal di GOR Pangukan, Selasa (12/5/2020) (dok.humas Pemkab Sleman)

Ia mengatakan bahwa saat itu Indogrosir memang telah melakukan protokol kesehatan seperti mencuci tangan sebelum masuk, dan cek suhu tubuh.

Pengunjung yang datang pun mengenakan masker.

"Saat itu lumayan ramai. Kalau kerumunan hanya di kasir, cuma kemarin agak mepet jaraknya. Sudah ada garis di lantai sebagai tanda, tapi yang mengantre tidak terlalu jaga jarak," ujarnya. 

Dikarantina di Asrama Haji

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo, menjelaskan bagi mereka yang dinyatakan negatif reaktif akan menjalankan rapid test massal tahap kedua.

Sedangkan mereka yang dinyatakan reaktif akan dijemput petugas untuk dilakukan karantina di Shelter Asrama Haji.

"Untuk pengunjung yang reaktif akan dilakukan pemeriksaan swab, kita memfasilitasi tempat untuk karantina," jelasnya Kamis (14/5/2020).

Pengunjung Indogrosir yang merupakan Warga Sleman melakukan rapid test massal di GOR Pangukan selasa (12/5) (Dok Humas Sleman)

Joko menjelaskan, dalam prinsip epidemologi, mereka yang reaktif harus dianggap positif sampai terbukti tidak terinfeksi virus corona.

Sehingga begitu screening reaktif, hal terpenting adalah dilakukan isolasi.

Ia juga menerangkan, bahwa dalam pedoman Kemenkes, isolasi boleh dilakukan secara mandiri.

Namun Joko menyatakan bahwa Pemkab Sleman tidak menerapkan hal tersebut dan terbilang lebih ketat.

"Kita memang agak ketat, tidak boleh diisolasi kecuali di rumah sakit, tapi rumah sakit juga kelabakan karena harus melayani pasien-pasien yang lebih berat, sehingga kita ambil langkah membuat semacam rumah sakit darurat yaitu asrama haji," terangnya.

Ia menyatakan bahwa ini pilihan terbaik di antara yang kurang baik.

Klaster Indogrosir Sleman Sudah Masuk G3 Virus Corona, Ini Penjelasannya

Belajar dari Kluster Indogrosir, Pemkot Yogya Minta Perketat Protokol Pencegahan Covid-19

Sebelum klaster Indogrosir, pihaknya masih bersikukuh mengharuskan rapid test reaktif dirawat di RS, meskipun secara fisik sehat.

"Akhirnya harus mengakui kenyataan, ada potensi ledakan kasus konfirm saat ini, padahal kapasitas kamar isolasi rumah sakit di Sleman saat ini sangat terbatas. Jadilah Asrama Haji sebagai faskes darurat untuk karantina," imbuhnya.

Selama masa karantina, Joko menjelaskan bahwa aturan atau protokolnya sangat ketat dan mirip isolasi non kritikal di RS.

"Saat ini ada dokter yg ditempatkan di sana sebagai koordinator pelayanan, selain penambahan tenaga perawat juga," ucapnya. 

(tribunjogja.com/santo ari)

Berita Terkini