Janur itu dibikin menjadi wadah oleh saudara-saudara dari Sri, maupun dirinya sendiri.
• Griya Dhahar Jawi Sajikan Kuliner Tradisional dengan Konsep Kekinian
Seikat besar janur kelapa untuk sehari.
Pembeli ketupat Sri datang dari banyak tempat. Kebanyakan telah berlangganan sebelumnya.
Mereka datang dari Borobudur, Secang, Muntilan, Sleman, membawa pesanan ketupat.
Dari rumah makan Kupat Tahu di Magelang juga banyak.
Mulai dari Kupat tahu Nunut, Kupat Tahu Pak Dompleng di Blabak, Kupat Tahu Bu Asih, sampai Kupat Tahu Pelopor.
"Ketupat ada yang dibawa dan dijual ke Pasar Blabak, Magelang. Pukul 06.00 WIB pagi sudah di pasar. Dari pagi juga sudah ada yang mengambil. Mereka kebanyakan langganan dari Borobudur, Pucang Secang, Muntilan, Mlati Sleman. Pembeli dari rumah makan kupat tahu juga banyak," tuturnya.
Kupat buatan Sri sendiri masih alami, tanpa bahan-bahan lain, tanpa pemutih atau bahan tambahan lain.
Meski tanpa bahan tambahan, tekstur kupat buatannya tetaplah kenyal.
• 6 Deretan Wisata Jogja Hits Cocok Dikunjungi Saat Akhir Pekan, Mulai Snorkling Hingga Kuliner
Warna kupat pun bersih.
Kupat dapat bertahan sehari dan tiga hari jika dimasukkan ke dalam kulkas.
"Saya gak mau pakai bahan-bahan tambahan. Saya bikin dari dulu ya hanya begitu saja, tanpa pemutih. Semua bahan alami dan tanpa pengawet." katanya.
Ibu yang memiliki dua putri ini mengaku masih akan terus membuat ketupat.
Tidak tahu sampai kapan, selama kupat masih diminati.
Tak ada penerus maupun ada penerus, Sri masih akan membuat makanan tersebut.
"Tidak tahu sampai kapan, selama masih kuat lah. Selama masih diminati kupat. Belum tahu, akan ada penerusnya atau tidak, tapi saya tetap akan membuat ketupat," pungkas Sri. (TRIBUNJOGJA.COM)