TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulon Progo memberi vaksin antraks pada populasi hewan ternak di tiga kecamatandi kawasan Perbukitan Menoreh mulai Selasa (3/9/2019).
Hal ini sebagai langkah untuk mengantisipasi munculnya penyakit antraks yang sempat menyerang hewan ternak di Girimulyo beberapa tahun silam.
Ketiga kecamatan yang disasar kegiatan vaksinasi itu yakni Girimulyo, Nanggulan, dan Samigaluh.
Ada sekitar 5.000 ekor ternak di 40 wilayah pedukuhan yang didatangi 10 tim dari DPP tersebut.
Seluruh pedukuhan itu berbatasan dengan lokasi munculnya kasus antraks pada awal 2017 silam yakni Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo.
• PKH Kementerian Pertanian Sebut Antraks Bisa Dikendalikan
"Ini vaksinasi kali keenam setelah muncul kasus antraks dan ditargetkan selesai akhir Oktober," jelas Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPP Kulon Progo, Drajat Purbadi di sela kegiatan.
Vaksinasi diharapkan bisa meningkatkan kekebalan hewan ternak terhadap penyakit antraks.
Namun, pihaknya hanya memberikan vaksin pada ternak yang sudah berusia di atas 3 bulan sedangkan ternak berusia di bawah itu atau ternak betina yang sedang bunting hanya diberikan vitamin serta obat cacing dan dilakukan pendataan.
Untuk tahap awal ini, pihaknya menyasar area yang aksesnya cenderung sulit ditempuh saat musim hujan seperti Pedukuhan Sabrang Kidul (Girimulyo) dan Gowok (Samigaluh).
Sedangkan wilayah Kejadian Luar Biasa (KLB) antraks pada 2017 lalu di Purwosari yakni Pedukuhan Ngroto, Ngaglik, dan Penggung belum didatangi.
• Antisipasi Sapi Antraks, Dinas Peternakan Kulon Progo Terjunkan Tiga Tim Pemantau Hewan
"Kita utamakan yang aksesnya sulit dilalui saat musim hujan sehingga petugas tak kerepotan hanya untuk vaksinasi. Wilayah KLB nanti menunggu jadwal lanjutan,"kata Drajat.
Warga Pedukuhan Sabrang Kidul, Purwosari, Subarno mengatakan di wilayahnya hampir semua ternak yang ada merupakan kambing PE dan jarang terdapat sapi.
Pihaknya tidak terlalu khawatir terhadap potensi munculnya penyakit antraks karena saat kejadian 2017 lalu juga tidak ada ternak mati meskipun pedukuhannya berdekatan dengan lokasi serangan penyakit.
Namun begitu, pihaknya mendukung langkah pemerintah untuk memberi vaksin pada ternak demi mencegah munculnya kembali penyakit tersebut.
"Kami juga selalu rutin lakukan pemeriksaan kesehatan ternak. Kalau sakit, langsung kami bawa ke dokter hewan,"kata Subarno.(TRIBUNJOGJA.COM)