Tidak seperti tipe Hawaiian dan Strombolian, aliran lava tidak terjadi pada tipe erupsi Vulkanian. Gunung Merapi masuk kategori tipe Vulkanian lemah dengan ciri khas pembentukan kubah lava mendahului tiap-tiap erupsinya.
Magma yang sudah sampai di permukaan dapat mengalir turun ke lereng atau langsung membeku di puncak. Untuk lava yang bersifat sangat cair proses pembekuan di permukaan berjalan lambat dan endapannya dikenal sebagai "lava flow" atau "coulee" umumnya lava basalt mempunyai perilaku itu.
Volume dan kekentalan menentukan jarak jangkau aliran lava yang bervariasi dari antara 3 sampai 25 km dan dapat mencapai lebih dari 100 km. Lava kental (trakitik atau riolitik), jarak jangkau alirannya tidak lebih dari 2-3 km dengan ketebalan 100-an m.
Pada gunungapi dengan magma yang cukup kental, lava membentuk apa yang disebut "lava block", bongkahan lava dengan permukaan tidak teratur.
Dalam posisi tertentu, apabila kecepatan keluarnya lava cukup lambat, lava dapat langsung tertumpuk di permukaan kemudian membeku membentuk kubah lava atau "dome".
Dapat dililiat bahwa antara kekentalan lava dan sifat alirannya ada hubungannya yaitu aliran yang sangat encer dengan jarak jangkau yang panjang dengan ketebalan keci sampai aliran sangat kental dengan jarak jangkau pendek.
Merapi juga identik dengan ciri kemunculan awan panas atau awan piroklastikanya. Ini merupakan aliran suspensi terdiri batu, kerikil, abu, pasir dalam suatu masa gas vulkanik panas yang keluar dari gunung api.
Ia akan mengalir turun mengikuti lerengnya dengan kecepatan bisa lebih dari 100 km per jam sejauh puluhan kilometer. Aliran turbulen tersebut dari jauh tampak seperti awan bergulung-gulung menuruni lereng gunung api dan bila terjadi malam hari terlihat membara.
Awan panas biasanya tidak segemuruh longsoran biasa karena tingginya tekanan gas pada material menyebabkan benturan antar batu-batu atau material di dalam awan panas tidak terjadi, atau kata lainnya benturan teredam gas.
Skenario Mengerikan Jika Gunung Api di Seluruh Dunia Meletus Seketika Secara Bersamaan
Penduduk sekitar Merapi menyebut gulungan awan panas sebagai “wedhus gembel” (Jawa) yang berarti domba karena secara visual kenampakan awan panas seperti domba-domba menyusuri lereng
Awan panas Merapi dibedakan atas awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi karena hancuran magma oleh suatu letusan. Partikel-partikel terlempar secara vertikal dan horizontal.
Kekuatan penghancuran material magma saat letusan ditentukan oleh kandungan gas vulkanik dalam magma.
Awan panas guguran terjadi akibat runtuhnya kubah lava, yang menurut Drs Subandrio MSi suhunya bisa mencapai 900 °C. Keruntuhan ini karena tekanan magma dan pengaruh gravitasi. Inilah yang terjadi sekarang ini.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Nanik Humaida, merekomendasikan radius tiga (3) kilometer dari puncak harus steril dari kegiatan manusia. Setidaknya ada tiga spot menarik untuk pengamatan langsung dan biasanya ditongkrongi para fotografer.
Pertama, spot Bukit Klangon di Dusun kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Kedua, Kali Talang di Dusun Balerante, Kemalang, dan Deles. Kedua lokasi terakhir ini di Kabupaten Klaten.(Tribunjogja.com/xna)