Info Gunung Merapi

Suhunya Sekitar 900 Derajat Celcius! Inilah Komponen Inti Lava Pijar Merapi  

Penulis: Setya Krisna Sumargo
Editor: Mona Kriesdinar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara.

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Gunung Merapi (2.930 mdpl) terus menunjukkan aktivitas vulkanik yang terhitung tinggi. Dalam 24 jam terakhir terjadi belasan hingga puluhan guguran material dan luncuran lava pijar.

Volume dan jarak luncurannya bervariasi. Sejauh ini jarak terjauh luncuran lava pijar yang terjadi adalah 1.700 meter, mengarah ke hulu Kali Gendol di lereng selatan. Luncuran lava pijar itu menjadi pertunjukan menarik sekaligus berbahaya.

Apa bahayanya yang perlu kita tahu?

Peneliti senior dan ahli Gunung Merapi, Drs Subandrio MSi menjelaskan, lava pijar yang jika malam hari jatuhannya berpendar-pendar seperti kembang api, adalah material sangat berbahaya.

LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

“Suhunya sekitar 900 derajat Celcius,” kata Subandrio kepada Tribunjogja.com, Senin (14/1/2019) pagi.

Mengapa bisa sepanas itu? Menurut Pak Ban, panggilan akrab mantan Kepala BPPTKG Yogyakarta ini, lava pijar yang juga magma itu keluar dari perut gunung.

Ia memiliki kandungan utama Silika (SiO2). Kandungan Silika ini sangat menentukan karakteristik magma gunung berapi. Merapi memiliki kandungan Silika tinggi, berkisar 54-56 persen dari material yang dikeluarkan.

LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

“Digolongkan magma andesitik. Selama ini, baik erupsi eksplosif atau efusif, tidak ada perubahan nilai silikanya,” katanya. Nah, faktor lain yang turut menentukan menurut Pak Ban adalah kandungan gas.

“Saat ini, kandungan gas dalam magma rendah. Sudah dilepaskan saat terjadi erupsi eksplosif pada 11 Mei hingga awal Juni 2014,” lanjut Pak Ban. “Sehingga magma yang keluar membentuk kubah lava, berat jenisnya relatif tinggi, viskusitas tinggi (kental), lajunya rendah,” tambahnya.

Data terakhir yang disampaikan BPPTKG Yogyakarta, sejak pertama kali diketahui terjadi pembentukan kubah lava pada 11 Agustus 2018, saat ini volume kubah lava baru sekitar 439.000 meter kubik.

LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Laju pertumbuhan lava rata-rata 3.400 meter kubik/hari, masih tergolong rendah karena di bawah 20.000 meter kubik per harinya. Meski tinggi guguran dan luncuran lava pijarnya, secara factual jarang sekali suara guguran itu terdengar langsung oleh telinga manusia di jarak aman.

Literatur yang dirilis BPPTKG Yogyakarta menjelaskan, Gunung Merapi memiliki tipe letusan vulkanian. Nama ini diadopsi dari nama gunung di Lipar, Italia. Erupsi gunung ini sangat khas, bersifat eksplosif dengan skala letusan dari lemah hingga katastrofik.

Magma yang membentuk erupsi tipe vulkanian bersifat antara basa dan asam (dari andesit ke dasit). Erupsi vulkanian terjadi karena lubang kepundan tertutup sumbat lava atau magma yang membeku di pipa magma setelah erupsi sebelumnya.

Diperlukan suatu akumulasi tekanan yang relatif besar untuk membuka lubang kepundan atau menghancurkan sumbat lava. Erupsi melontarkan material hancuran dari puncak gunungap tapi juga material baru dari magma yang keluar.

LAVA PIJAR - Lava pijar meluncur dari kubah lava baru di puncak Gunung Merapi, merayapi dinding kubah ke arah hulu Kali Gendol di sisi tenggara puncak gunung, terpantau dari Dusun Balerante, Kemalang, Klaten, Minggu (13/1/2019) malam. Rangkaian luncuran berlangsung hingga Senin (14/1/2019) pagi. Jarak luncuran tergolong pendek dan tidak membahayakan warga di sisi elatan dan tenggara. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Salah satu ciri dari erupsi vulkanian yaitu adanya asap erupsi yang membubung tinggi ke atas dan kemudian asap tersebut melebar menyerupai cendawan. Asap erupsi membawa abu dan pasir yang kemudian akan turun sebagai hujan abu dan pasir.

Tidak seperti tipe Hawaiian dan Strombolian, aliran lava tidak terjadi pada tipe erupsi Vulkanian. Gunung Merapi masuk kategori tipe Vulkanian lemah dengan ciri khas pembentukan kubah lava mendahului tiap-tiap erupsinya.

Magma yang sudah sampai di permukaan dapat mengalir turun ke lereng atau langsung membeku di puncak. Untuk lava yang bersifat sangat cair proses pembekuan di permukaan berjalan lambat dan endapannya dikenal sebagai "lava flow" atau "coulee" umumnya lava basalt mempunyai perilaku itu.

KAWAH MERAPI - Asap mengepul dari kubah lava Merapi sisi tenggara pada Selasa (8/1/2019) pagi. Sejak pertengahan Agustus 2018, aktivitas gunung memunculkan kubah lava baru yang terus bertambah volumenya setiap hari. (TRIBUNJOGJA.com | Setya Krisna Sumarga)

Volume dan kekentalan menentukan jarak jangkau aliran lava yang bervariasi dari antara 3 sampai 25 km dan dapat mencapai lebih dari 100 km. Lava kental (trakitik atau riolitik), jarak jangkau alirannya tidak lebih dari 2-3 km dengan ketebalan 100-an m.

Pada gunungapi dengan magma yang cukup kental, lava membentuk apa yang disebut "lava block", bongkahan lava dengan permukaan tidak teratur.

Dalam posisi tertentu, apabila kecepatan keluarnya lava cukup lambat, lava dapat langsung tertumpuk di permukaan kemudian membeku membentuk kubah lava atau "dome".

Foto CCTV Puncak Gunung Merapi, Kamis (27/12/2018) (Badan Geologi via Twitter BPPTKG)

Dapat dililiat bahwa antara kekentalan lava dan sifat alirannya ada hubungannya yaitu aliran yang sangat encer dengan jarak jangkau yang panjang dengan ketebalan keci sampai aliran sangat kental dengan jarak jangkau pendek.

Merapi juga identik dengan ciri kemunculan awan panas atau awan piroklastikanya. Ini merupakan aliran suspensi terdiri batu, kerikil, abu, pasir dalam suatu masa gas vulkanik panas yang keluar dari gunung api.

Ia akan mengalir turun mengikuti lerengnya dengan kecepatan bisa lebih dari 100 km per jam sejauh puluhan kilometer. Aliran turbulen tersebut dari jauh tampak seperti awan bergulung-gulung menuruni lereng gunung api dan bila terjadi malam hari terlihat membara.

Awan panas biasanya tidak segemuruh longsoran biasa karena tingginya tekanan gas pada material menyebabkan benturan antar batu-batu atau material di dalam awan panas tidak terjadi, atau kata lainnya benturan teredam gas.

Skenario Mengerikan Jika Gunung Api di Seluruh Dunia Meletus Seketika Secara Bersamaan

Penduduk sekitar Merapi menyebut gulungan awan panas sebagai “wedhus gembel” (Jawa) yang berarti domba karena secara visual kenampakan awan panas seperti domba-domba menyusuri lereng

Awan panas Merapi dibedakan atas awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi karena hancuran magma oleh suatu letusan. Partikel-partikel terlempar secara vertikal dan horizontal.

Kekuatan penghancuran material magma saat letusan ditentukan oleh kandungan gas vulkanik dalam magma.

Awan panas guguran terjadi akibat runtuhnya kubah lava, yang menurut Drs Subandrio MSi suhunya bisa mencapai 900 °C. Keruntuhan ini karena tekanan magma dan pengaruh gravitasi. Inilah yang terjadi sekarang ini.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Nanik Humaida, merekomendasikan radius tiga (3) kilometer dari puncak harus steril dari kegiatan manusia. Setidaknya ada tiga spot menarik untuk pengamatan langsung dan biasanya ditongkrongi para fotografer.

Pertama, spot Bukit Klangon di Dusun kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Kedua, Kali Talang di Dusun Balerante, Kemalang, dan Deles. Kedua lokasi terakhir ini di Kabupaten Klaten.(Tribunjogja.com/xna)

Berita Terkini