TRIBUNJOGJA.COM - Idul Adha 2018 sebentar lagi tiba dimana menurut hisab yang telah dilakukan Muhammadiyah 1 Dzulhijah 1439 H jatuh pada hari Senin Kliwon, 13 Agustus 2018.
Ini mengacu pada surat pengumuman hasil hisab yang dibuat Muhammadiyah ini ditanda tangani pada 9 Maret 2018 oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Hari Arafah (9 Zulhijah 1439 H) jatuh pada hari Selasa Pon, 21 Agustus 2018.
Lalu Idul Adha (10 Zulhijah 1439 H) jatuh pada hari Rabu Wage, 22 Agustus 2018.
Sementara itu Kementerian Agama belum memberikan pernyataan resmi terkait kapan pastinya Idul Adha 2018.
Jika sesuai dengan perhitungan Muhammadiyah, maka bulan Dzulhijah sebentar lagi datang.
Ada baiknya, umat muslim untuk melakukan amalan-amalan menjelang Idul Adha di tahun 2018.
Baca: Hukum Melaksanakan Puasa Putih di Hari Tasyrik setelah Idul Adha, Begini Penjelasannya
Baca: Lima Tips Memilih Hewan Qurban untuk Idul Adha yang Sehat dan Sesuai Syariat Islam
Baca: Lima Tradisi Unik Idul Adha di Berbagai Daerah di Indonesia
Terdapat beberapa amalan yang bisa kita lakukan menjelang Idul Adha dan selama 10 hari pertama bulan Dzulhijah.
TribunStyle.com melansir dari Arrahmah.com (4/10/2013) Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah memiliki keutamaan yang agung dalam syariat.
Di antaranya adalah :
1. Allah SWT bersumpah dengannya.
Allah berfirman, ( وَالْفَجْرِ (1) وَلَيَالٍ عَشْرٍ )
“Demi waktu fajar. Dan demi sepuluh malam.” (QS. Al-Fajr (89): 1-2)
Makna sepuluh malam dalam ayat yang mulia ini adalah sepuluh malam yang pertama dalam bulan Dzulhijah, menurut mayoritas ulama tafsir, dan inilah pendapat yang benar menurut penelitian imam Ibnu Katsir ad-Dimasyqi.
2. Ia merupakan hari-hari yang disyariatkan secara khusus untuk memperbanyak dzikir.
Allah berfirman (yang artinya),
“Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Haj (22): 28)
Menurut mayoritas ulama tafsir, termasuk di antaranya sahabat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas RA, maksud dari menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan adalah sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah.
3. Rasulullah SAW bersaksi bahwa sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah hari-hari di dunia yang paling mulia.
Dari Jabir RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Hari-hari di dunia yang paling utama adalah sepuluh hari (pertama bulan Dzulhijah).”
Para sahabat bertanya, “Hari-hari yang dipergunakan (jihad) di jalan Allah juga tidak menandinginya?”
Beliau menjawab, “Hari-hari yang dipergunakan di jalan Allah juga tidak mampu menandinginya, kecuali seseorang yang wajahnya terjerembab di dalam debu (gugur di medan jihad hingga wajahnya beralaskan tanah).” (HR. Al-Bazzar dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh syaikh Al-Albani)
Baca: Ini Penjelasan Terkait Perbedaan Takbir Idul Adha dan Idul Fitri
Baca: Seperti Inilah Niat dan Tata Cara Mandi Sebelum Jalankan Shalat Idul Adha
Baca: Sepenggal Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang Menjadi Sejarah Idul Adha
4 Hari Arafah.
Wuquf di Arafah jatuh pada tanggal 9 Dzulhijah setiap tahun. Hari wuquf di Arafah adalah hari yang sangat agung.
Pada saat tersebut Allah mengabulkan doa, mengampuni dosa, menerima taubat, dan membebaskan hamba-hamba yang diridhai-Nya dari siksa api neraka.
Begitu agungnya hari tersebut, sehingga Rasulullah SAW bersabda, “Haji adalah (wuquf di) Arafah.” (HR. Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad. Hadits shahih)
5. Hari penyembelihan.
Hari penyembelihan atau biasa disebut yaum an-nahr dan idul Adha, jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah setiap tahun.
Ia merupakan hari raya seluruh umat Islam, dan bagi para jama’ah haji merupakan salah satu rangkaian manasik haji yang sangat penting.
Sebagian ulama bahkan berpendapat hari tersebut merupakan hari paling mulia dalam satu tahun, sebagaimana hadits dari Abdullah bin Qurth RA bahwasanya Nabi SAW bersabda,
أَعْظَمُ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللهِ يَوْمُ النَّحْرِ ، ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari penyembelihan dan hari sesudahnya.” (HR. Ahmad, An-Nasai, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Ath-Thabarani, Al-Hakim, Al-Baihaqi, dan Abu Nu’aim al-Asbahani. Dinyatakan shahih oleh Al-Arnauth dan Al-Albani).
Baca: Puasa Sunnah Arafah Memiliki Banyak Keutamaan, Seperti Inilah Lafaz Niat dan Waktu Menjalankannya
Baca: Inilah Niat dan Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah sebelum Idul Adha
Baca: Hukum Melaksanakan Puasa Putih di Hari Tasyrik setelah Idul Adha, Begini Penjelasannya
6. Induk berbagai ibadah terkumpul pada hari-hari tersebut.
Al-hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Bukhari mengatakan,
“Nampaknya hal yang menyebabkan keistimewaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijah adalah berkumpulnya induk-induk ibadah pada hari-hari tersebut, yaitu shalat, shaum, sedekah, dan haji. Hal itu tidak mungkin terkumpul pada hari-hari yang lain.”(TribunStyle.com/Rifan Aditya)