Laporan Calon Reporter Tribunjogja Wisang Seto Pangaribowo
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Meskipun sudah dinyatakan bebas dari desa rawan pangan tetapi kebiasaan warga desa Kenteng kecamatan Ponjong, Gunungkidul untuk makan sehari dua kali masih bertahan hingga sekarang.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala desa Kenteng, Sukarno saat dihubungi Tribunjogja, Rabu (9/5/2018).
"Sebenarnya rawan pangan di desa Kenteng sudah tidak terlalu rawan, karena desa kami penghasil bahan makanan singkong bahkan kualitas terbaik. Masyarakat ini sudah terbiasa makan dua kali, warga tidak terbiasa untuk makan pagi, itu karena kebiasaan bukannya tidak punya," jelasnya.
Sukarno menambahkan, desanya memang kurang menunjang untuk mata pencaharian selain pertanian.
"Desa lain lebih mempunyai potensi, dibandingkan dengan desa kenteng yang memang terbatas untuk mata pencaharuan lain," imbuhnya.
Baca: 3 Desa di Gunungkidul Masih Rawan Pangan
Ia mengatakan dari jumlah kurang lebih 900 kepala keluarga (KK) yang masih termasuk dalam kategori miskin sebanyak 200 kk.
Sementara itu Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Fajar Ridwan mengatakan desa Kenteng sudah tidak termasuk kategori desa rawan pangan, tetapi masih dalam pengawasan.
"Dari hasil analisis 2017 lalu kenteng sudah tidak masuk dalam kategori desa rawan pangan, tetapi masih dalam binaan kami supaya tidak masuk kembali dalam desa rawan pangan," terangnya.
Ia menerangkan, kondisi desa rawan pangan penyebabnya adalah kemiskinan di wilayah desa itu tinggi sehingga membuat desa tersebut rawan pangan.
"Untuk mengentaskan desa rawan pangan pemerintah kabupaten Gunungkidul mempunyai indikator 3 indikator yang dibenahi yaitu produksi (pertanian), akses pangan, kesehatan, akses pangan yaitu daya beli," jelasnya.
Baca: Atasi Paceklik, BKPP DIY Kucurkan Dana ke Daerah Rawan Pangan
Ia menjelaskan, dari tahun ke tahun jumlah desa rawan pangan semakin menurun.
"Dari tahun 2012 sebanyak 40an desa, 2013/2014 ada 12, 2015/2016 ada 7 desa, 2017 hingga sekarang tinggal 3 desa," imbuhnya.
Semua desa tersebut tetap dalam pengawasan pemerintah Kabupaten Gunungkidul karena sejak 2009 ada program aksi desa rawan pangan.
"Sampai sekarang masih kita bina jangan sampai sudah masuk aman menjadi rawan kembali," imbuhnya.
Ia mengungkapkan, untuk desa Kenteng yang masyarakatnya makan sebanyak dua kali sehari menurutnya bukan kuantitas tetapi yang terpenting kualitas makannya.
"Soal makan dua kali itu kebiasaan masyarakat tidak bisa dijadikan tolok ukur, sekarang kita lebih konsentrasi di kualitasnya seperti asupan gizi, kalori, dan keamanan pangannya. dari tiga desa yang rawan pangan sejumlah 30 persen masyarakatnya dalam kategori miskin," tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)