Atasi Paceklik, BKPP DIY Kucurkan Dana ke Daerah Rawan Pangan

Dana segar dikucurkan melalui program LAPM (Lembaga Akses Pangan Masyarakat).

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Muhammad Fatoni

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY menggelontorkan dana segar untuk mengantisipasi kerawanan pangan pada daerah rawan pangan di DIY.

Kepala Bidang Distribusi Pangan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) DIY, Agus Mulyono, menerangkan, dana segar dikucurkan melalui program LAPM (Lembaga Akses Pangan Masyarakat).

Ia menuturkan, dana segar yang dikucurkan melalui Gapoktan (gabungan kelompok tani) di empat Kabupaten di DIY yang berstatus rawan pangan dikarenakan musim kemarau berkepanjangan.

"Bantuan ini untuk membantu masyarakat di daerah rawan pangan di DIY untuk tetap dapat membeli bahan pangan dan kebutuhan pokok lainnya tetap dalam harga yang murah," tutur Agus, Jumat (28/8/2015).

Gagasan utama yang melatarbelakangi program LAPM ini adalah sarana prasarana (sarpras) di daerah pelosok yang cenderung kurang.

Secara tidak langsung harga pangan dan kebutuhan pokok yang dipasok dari Kota akan lebih tinggi berkali lipat, karena membutuhkan ongkos transportasi yang sangat besar.

"Harga melambung tinggi, karena biaya distribusi yang besar. Padahal masyarakat pelosok, daya belinya kurang, karena di musim kering tak menghasilkan. Diharapkan, bantuan ini dapat memotong rantai distribusi tersebut," ujarnya.

Merujuk kepada data BKPP DIY pada tahun 2015, daerah rawan pangan di DIY mencakup empat Kabupaten, seperti Gunungkidul, Sleman, Bantul, dan Kulonprogo.

Daerah rawan pangan di Kabupaten Kulonprogo yaitu mencakup Kalibawang, Samigaluh, dan Kokap. Untuk kabupaten Sleman yaitu daerah Prambanan bagian atas.

Selanjutnya daerah rawan pangan di Kabupaten Gunung Kidul yaitu Kecamatan Panggang, Tepus dan Girisubo. Terakhir daerah rawan pangan di Kabupaten Bantul mencakup Dlinggo.

Dana LAPM dikucurkan dari APBD DIY, dan telah berlangsung selama lima tahun. Jumlah hibah untuk tahun pertama, sebesar Rp100 juta/gapoktan. Tahun selanjutnya, Rp75 juta/gapoktan. Sedangkan untuk tahun ketiga sampai kelima, sebesar Rp50 juta.

Agus menuturkan, bantuan hibah LAPM ini akan disalurkan melalui gabungan kelompok tani di daerah-daerah tersebut yang berjumlah sebanyak 54 Gapoktan.

Hibah tersebut selanjutnya digunakan untuk berbelanja bahan pangan yang lebih murah di Kota, dan dijual di daerah masing-masing. Masyarakat akan diberikan pendampingan, sehingga ketika musim paceklik tiba, dana dapat digunakan secara maksimal.

"Karena musim kering, otomatis hasil panen hanya mengandalkan musim panen kemarin. Padahal bahan-bahan pokok di pelosok bisa lebih mahal, atau bahkan terbatas jumlahnya. Harapannya dengan adanya hibah ini bisa membantu masyarakat disana,"pungkasnya. (*)

Makan siang di kantor? Delivery makanan area Jogja aja, klik makandiantar.com

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved