Ia mengungkapkan, untuk desa Kenteng yang masyarakatnya makan sebanyak dua kali sehari menurutnya bukan kuantitas tetapi yang terpenting kualitas makannya.
"Soal makan dua kali itu kebiasaan masyarakat tidak bisa dijadikan tolok ukur, sekarang kita lebih konsentrasi di kualitasnya seperti asupan gizi, kalori, dan keamanan pangannya. dari tiga desa yang rawan pangan sejumlah 30 persen masyarakatnya dalam kategori miskin," tutupnya.(TRIBUNJOGJA.COM)