Bambang pun menjelaskan bahwa sebelum tahun 2014 memang ada upaya untuk menggenjot perguruan tinggi dengan menambah daya tampung. Hal ini diakibatkan karena jumlah anak yang berumur mahasiswa dan bisa menjadi mahasiswa rendah yakni hanya kurang dari 20 persen.
"Akhirnya digenjot dan memang bisa jadi 30 persen. Yogya memang tinggi, artinya penduduk Yogya yang berumur mahasiswa dan menjadi mahasiswa memang tinggi. Kalau di Yogya anak berumur mahasiswa tidak jadi mahasiswa jadi pegawai toko, lulusan SMA. Dengan adanya mal-mal itu ya menyerap tenaga kerja, tetapi tenaga kerja lulusan SMP dan SMA," terang Bambang.
Ia pun mengatakan bahwa sejak tahun 2014 orientasi itu sudah berubah ke peningkatan kualitas lulusan. Sehingga diharapkan ada perubahan jumlah pengangguran dengan latar belakang pendidikan tinggi di DIY.
"Mudah-mudahan bisa turun lagi. Karena kita sudah mendorong perguruan tinggi tidak sekedar meluluskan dalam arti kuantitas tetapi harus fokus pada kualitas," ujarnya yang kemudian mengatakan bahwa memang saat ini masih ada perguruan tinggi yang hanya mengandalkan kuantitas lulusan saja. (*)