Cegah Keracunan Pelajar, Pemkab Sleman Minta Guru Cicipi MBG sebelum Dibagikan ke Siswa

Tugas guru mengecek, bahkan bila diperlukan mencicipi untuk memastikan kualitas makanan sebelum dibagikan kepada siswa. 

Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Yoseph Hary W
Tribun Jogja / Ahmad Syarifudin
KERACUNAN MBG: Foto dok ilustrasi. Sejumlah siswa SMP di Mlati Kabupaten Sleman dibawa ke Puskesmas Mlati II pada Rabu (13/8/2025). Mereka bergejala mual diare hingga pusing Rabu pagi diduga akibat mengonsumsi menu MBG pada sehari sebelumnya. 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman meminta kepada guru agar selalu memitigasi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) sebelum dibagikan kepada siswa. 

Mitigasi dilakukan dengan pengecekan, bahkan bila diperlukan mencicipi makanan.

Hal ini dinilai penting untuk mencegah terulangnya kasus keracunan massal yang beberapa waktu lalu menimpa ratusan siswa SMP di Kapanewon Mlati. 

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sleman, Susmiarto menyampaikan, pascainsiden keracunan massal ratusan siswa di Mlati, pihaknya telah mengumpulkan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, untuk menyamakan persepsi.

Langkah antisipasi apa yang bisa diterapkan, satu di antaranya, Dinas Pendidikan Sleman meminta kepada sekolah agar selalu mengecek ketika menerima menu MBG dari masing masing Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Tugas guru mengecek, bahkan bila diperlukan mencicipi untuk memastikan kualitas makanan sebelum dibagikan kepada siswa. 

"Saya minta ini dibuat (SOP) tertulis, sehingga kita mitigasi, kejadian seperti itu," kata Susmiarto, Rabu (20/8/2025). 

Ia bercerita, saat peristiwa keracunan massal di Mlati, selain siswa ada juga guru yang ikut bergejala karena ikut mencicipi menu MBG.

Menurut Susmiarto, proses mitigasi awal sebenarnya sudah dilakukan, namun ternyata tetap lolos.

Karena itu, dia berharap ke depan ada standar operasional (SOP) secara tertulis bagaimana guru harus mengecek dan mencicipi MBG tersebut.

Hal ini tentu berdampak pada jumlah kuota yang didistribusikan.

Sebab MBG hanya diperuntukkan untuk siswa bukan guru. Namun demi kebaikan, Ia mengusulkan agar distribusi ke masing-masing sekolah dilebihi satu saja, untuk pengecekan menu. 

"Saya gak tahu, mungkin dikasih cadangan satu. Karena guru kan gak dapet," kata Susmiarto. 

Terkait tindaklanjut keracunan di Mlati, Mantan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Sleman ini mengaku belum berkomunikasi dengan pihak SPPG.

Sejauh ini, pihaknya baru mengumpulkan OPD terkait untuk menyamakan persepsi langkah penanganan apabila terjadi kasus serupa. 

Misalnya Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan masing-masing harus melakukan apa, sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Termasuk bagaimana peran Pemerintah Kabupaten terhadap kelancaran program ini.

Mengingat rencananya MBG bukan hanya diberikan ke siswa melainkan juga kepada ibu hamil dan sebagainya.

Peran itu yang nantinya akan dikomunikasikan bersama pihak Badan Gizi Nasional (BGN), yang sepengetahuan dirinya, strukturalnya akan mulai dibentuk di tingkat Provinsi dan Kabupaten. 

"Makanya nanti biar kalau ada kejadian, mekanisme SOP-nya seperti apa, biar kita satu pintu," ujar dia. 

Sebagaimana diketahui, ratusan siswa di Kapanewon Mlati pada Rabu (13/8) diduga mengalami keracunan pangan dengan gejala pusing, mual dan diare setelah mengonsumsi menu MBG sehari sebelumnya.

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mencatat, jumlah siswa yang bergejala berdasarkan kuesioner Google Form berjumlah 379 orang. 

Mereka berasal dari 4 sekolah yakni SMP Muhammadiyah 1 Mlati, SMP Muhammadiyah 3 Mlati, SMP Pamungkas dan SMP Negeri 3 Mlati.

Mayoritas siswa mengalami gejala mual pusing hingga diare setelah sehari sebelumnya mengonsumsi MBG dengan menu rawon.

Para siswa yang bergejala massal ini langsung dilarikan ke Puskesmas Mlati I dan Puskesmas Mlati II. Mereka mendapatkan penangan medis awal.

Siswa yang kondisinya membaik diperbolehkan pulang sedangkan yang membutuhkan penanganan lanjutan dirujuk ke Rumah Sakit. 

19 siswa dirujuk dan rawat inap di RSUD Sleman. Sedangkan 4 siswa lainnya dirujuk ke RSA UGM akan tetapi 3 rawat jalan dan hanya 1 yang rawat inap. Pada Jumat (15/8) kemarin, hampir seluruh siswa sudah pulang. 

Periksa Sampel 

Kasus keracunan massal yang dialami ratusan siswa di Mlati ini dalam penanganan pihak Kepolisian.

Sejauh ini, Polresta Sleman telah mengambil sampel menu makanan untuk diperiksa di Laboratorium Forensik (Labfor) Semarang dan memeriksa dapur penyedia menu MBG. 

Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setianto Erning Wibowo sebelumnya mengatakan, penyedia menu MBG sejauh ini bersikap kooperatif.

Adapun sampel makanan,  berupa rawon berikut bumbunya, termasuk buah, nasi dan muntahan siswa telah dibawa ke Laboratorium Forensik (Labfor) Semarang untuk diperiksa. Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui penyebab keracunan

"Kalau itu ada unsur kesengajaan atau ada unsur pidanya, maka kita akan proses," kata Edy.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved