Puncak Tradisi Yaa Qowiyyu di Jatinom Klaten Meriah, 54.135 Kue Apem Dibagikan

Tradisi sebaran apem Yaa Qowiyyu di Kecamatan Jatinom, Kabupaten, Klaten, Jawa Tengah

Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com/Dewi Rukmini
GUNUNGAN: Dua gunungan kue apam yang dibagikan ke masyarakat dalam gelaran Tradisi Sebaran Apam Yaa Qowiyyu di Lapangan Klampeyan, Kecaman Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Jumat (8/8/2025). 

 


Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini


TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Tradisi sebaran apem Yaa Qowiyyu di Kecamatan Jatinom, Kabupaten, Klaten, Jawa Tengah, berlangsung meriah pada Jumat (8/8/2025). 

Sekitar ribuan orang mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa tampak membanjiri kawasan Lapangan Klampeyan dekat Makam Kiai Ageng Gribig, Kecamatan Jatinom, Klaten pada pagi-siang hari itu.


Mereka rela berkerumun dan berdesakan dengan ribuan orang untuk mendapatkan kue apam yang disebar panitia dari atas panggung dan menara setempat.

Tak hanya tangan kosong, mereka juga membawa sejumlah alat semisal wadah, kardus, kresek, hingga payung untuk menangkap kue apem itu. 


Ketua Umum Yayasan Pengelola Pelestari Peninggalan Kiai Ageng Gribig (P3KAG), Ebta Tri Cahyo, mengungkapkan bahwa dalam gelaran itu terdapat sebanyak 54.135 biji apam yang dibagikan. 


"Kue apem yang terkumpul dan kemudian disebarkan itu adalah hasil sedekah dari warga serta masyarakat di sekitar Jatinom," ungkap Ebta kepada Tribun Jogja, Jumat (8/8/2025). 


Dia menyebut, kegiatan penyebaran apem siang itu adalah puncak dari tradisi Saparan Yaa Qowiyyu 2025.

Tradisi tersebut diambil dari ajaran Kiai Ageng Gribig ketika berdakwah menggunakan kue apam. 


"Apam itu berasal dari kata Afuun yang berarti ampunan. Jadi dulu, Eyang Kiai Ageng Gribig berdakwah menggunakan apem itu, mengajarkan kepada para santri untuk tidak berhenti meminta ampunan kepada Allah SWT. Kurang lebih seperti itu," jelasnya.


Ebta memaparkan rangkaian tradisi Saparan Yaa Qowiyyu sudah dimulai sejak 27 Juli 2025. Di antaranya lewat gelaran kirab pembukaan Yaa Qowiyyu 2025, Pawai Budaya dan Potensi Desa, pentas kesenian jathilan, festival drumband, Gladen Ageng Jemparingan, Seni Gejog Lesung, Pawai Gerobak Sapi, Kirab Gunungan Apem, Midodareni dan Kenduri Seni, hingga puncak sebaran apam. 


Ketua Dewan Pembina dan Narasumber Kesejarahan P3KAG Jatinom, K.R.T. Mohammad Daryanta Rekso Hastonodipuro, menjelaskan tradisi tersebut bermula ketika Kiai Ageng Gribig pulang dari Mekkah.

Kemudian mengumpulkan para murid dan santrinya dalam suatu mejelis, lalu memberikan wejangan-wejangan. 


"Di antaranya mengingatkan muridnya bahwa orang hidup itu pasti banyak salah. Oleh karena itu selalu diingatkan segera meminta maaf kepada Allah SWT. Terus muncul kalimat dzikir pendek Ya Afuun Yaa Afuun Yaa Afuun dan muncul nama apem," jelasnya. 


Daryanta menuturkan, berdasarkan perhitungan DP3KAG Jatinom tradisi Saparan Yaa Qowiyyu sudah berlangsung selama 406 tahun pada 2025. 


"Buktinya di catatan ada Ratu Suci Tataning Jagad 1541 Saka atau Jawa. Kalau dikonversi menjadi angka tahun Masehi kurang lebih adalah 1619, jadi kurang lebih 406 tahun," ujarnya. 


Dikatakan, tradisi Yaa Qowiyyu tidak pernah putus digelar hingga kini. Bahkan, ketika pandemi Covid-19 juga tetap berjalan. Namun, pelaksanaannya terbatas. 


Camat Jatinom, Agus Sunyata, menambahkan, sebaran apam dilaksanakan untuk melestarikan budaya dan tradisi peninggalan Kiai Ageng Gribig.

Zaman dulu diceritakan Kiai Ageng Gribig setiap pulang dari ibadah haji selalu membawa sebuah kue yang rasanya seperti apem. 


"Tapi ketika dibagikan ke santri-santnya ternyata tidak cukup. Akhirnya meminta istrinya membuat kue apam dan dibantu oleh para tetangga. Sehingga tradisi itu dilanjutkan," tandasnya. (drm)

Baca juga: Pengakuan Warga Ikut Berebut Sebaran Apam Tradisi Yaa Qowiyyu di Jatinom Klaten

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved