Pemda DIY Dorong Ikan Lokal untuk Program Makan Bergizi Gratis

Fokus utama pertemuan ini adalah penguatan kolaborasi lintas sektor dan pengelolaan limbah organik dari dapur MBG yang berpotensi tinggi.

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Seminar Zero Waste dan Pangan Akuatik pada Program Makan Bergizi Gratis yang diselenggarakan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DKP DIY) bersama Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia (JP2GI) dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN), di Ruang Gurami, DKP DIY, Yogyakarta, Selasa (5/8/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta (DKP DIY) bersama Jejaring Pasca Panen untuk Gizi Indonesia (JP2GI) dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) menggelar seminar bertajuk “Zero Waste dan Pangan Akuatik pada Program Makan Bergizi Gratis”, Selasa (5/8/2025), di Ruang Gurami, DKP DIY, Yogyakarta.

Acara ini menjadi momentum strategis untuk menyambut pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah pusat, sekaligus menyiapkan peran pangan akuatik lokal secara optimal dalam rantai pasok program tersebut.

Fokus utama pertemuan ini adalah penguatan kolaborasi lintas sektor dan pengelolaan limbah organik dari dapur MBG yang berpotensi tinggi.

“Ketika program ini diimplementasikan, tentu akan membutuhkan cukup banyak produk ikan dan olahan ikan dari DIY. Ini menjadi peluang besar untuk mendorong budaya gemar makan ikan dan menggerakkan ekonomi lokal,” ujar Kepala DKP DIY, R. Hery Sulistio Hermawan, S.Pi., M.T.

Hery menyebut koordinasi hari ini sebagai langkah awal membangun sinergi antara unsur eksekutif, legislatif, mitra SPPG (Sentra Pangan Bergizi Gratis), serta pelaku usaha perikanan dan pengelola limbah.

“Kalau kita tidak proaktif, dana yang sudah dikucurkan dari pusat bisa keluar lagi ke luar daerah. Momentum ini bisa hilang,” ujarnya.

Hingga awal Agustus ini, terdapat 48 dapur MBG yang aktif dan 63 dapur yang telah terdaftar di seluruh DIY.

DKP DIY memperkirakan potensi jumlah dapur bisa mencapai 311–317 unit, sebuah angka yang dinilai strategis dari sisi rantai pasok pangan dan perputaran ekonomi.

“Inilah saatnya seluruh pelaku mulai dari pembudidaya, nelayan, pengolah, pemasar, hingga pengelola limbah dilibatkan untuk memanfaatkan momentum ini,” tambah Hery.

Sorotan utama lain dari seminar adalah isu pengelolaan limbah dari dapur MBG.

Menurut Hery, volume limbah organik dari pengolahan ikan cukup besar dan perlu dikelola agar tidak mencemari lingkungan.

“Dari kalkulasi kami, 48 dapur aktif sudah menghasilkan beberapa ton limbah per hari. Ada yang 20–30 kg per hari, bahkan ada yang 70 kg akumulatif. Ini potensi besar yang bisa dikelola,” paparnya.

Baca juga: Pemkot Yogyakarta Alokasikan Anggaran Rp89,3 Miliar untuk Penanggulangan Kemiskinan

Hery menekankan pentingnya keterlibatan kelompok masyarakat yang khusus menangani limbah, agar tercipta ekosistem yang berkelanjutan.

“Mereka bisa mengolah limbah menjadi pakan ternak, maggot, atau pakan ikan. Jika disalurkan sebagai CSR, bisa bermanfaat. Kalau diputar dalam masyarakat, ini sumber penghasilan baru,” katanya.

Penuhi Gizi, Perkuat Pasokan Ikan Lokal

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved