Semarakkan FSY 2025, 'Tiba Bersua' Ajak Pecinta Sastra Kulik Sejarah Kotagede

Puluhan anak muda pecinta sastra di Yogyakarta diajak menyusuri kawasan Kotagede, melalui agenda Tiba Bersua

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUN JOGJA/AZKA RAMADHAN
TIBA BERSUA : Para peserta 'Tiba Bersua' saat mengikuti kegiatan Literatour di Taman Budaya Embung Giwangan, Kota Yogyakarta, Minggu (3/8/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Puluhan anak muda pecinta sastra di Yogyakarta diajak menyusuri kawasan Kotagede, melalui agenda Tiba Bersua, Minggu (3/8/2025).

Tiba Bersua sendiri merupakan rangkaian dari Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2025 yang dipusatkan di Taman Budaya Embung Giwangan (TBEG), sepanjang 30 Juli - 4 Agustus 2025.

Culture Analist Tim HR Kompas Gramedia, Timmy Permana Putra, mengungkapan, Tiba Bersua kali ini mengusung tema Plesir Kalcer Kotagede.

Menurutnya, itu sejalan dengan tema FSY 2025, 'Rampak', yang berarti jalan bersamaan, berkolaborasi, berkomunitas, dengan ujung merawat cerita dan kemanusiaan. 

"Pesertanya secara keseluruhan ada 50 orang, mayoritas memang anak-anak muda, mahasiswa dari seputaran Yogyakarta," katanya.

Adapun rangkaian kegiatan Tiba Bersua kali ini diawali dengan Literatour, di mana para peserta diajak menyusuri Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kotagede.

Peserta memulai perjalanan dari TBEG, menuju Pasar Legi, Masjid Perak Kotagede, Dalem Sopingen, Masjid Gedhe Mataram, dan kembali ke lokasi start.

"Kita menjelajahi Kotagede untuk mengulik sejarah dan kebudayaan apa saja yang masih dilestarikan oleh masyarakat di sana," ungkap Timmy.

Sebagai bagian dari Literatour bersama Tiba Bersua, peserta diajak menyiapkan narasi dari pengalaman langsung, dalam bentuk gambar atau potongan video. 

Baca juga: Diawali Rayahan Gunungan Buku, Pasar Sastra Dibuka di Taman Budaya Embung Giwangan

Kemudian, di akhir perjalanan, mereka akan duduk bersama untuk meracik ulang pengalaman tersebut, menjadi sebuah konten yang bermakna.

"Dalam proses menggarap konten pun peserta akan didampingi melalui workshop di akhir acara, bersama teman-teman Tribun Jogja," terangnya.

Kelas tersebut, menjadi jembatan antara kepenulisan dan komunikasi publik dalam rangka mengajak peserta membawa cerita dari apa yang mereka lihat.

Cerita itu, lantas dituangkan dalam berbagai medium, supaya bisa terkombinasi dengan baik antara tulisan, foto dan video, hingga hasil pengamatan.

"Kita memcoba menggerakkan semangat literasi berbasis komunitas. Tidak hanya sebatas membaca, tetapi juga belajar sampai praktik," pungkasnya. (aka)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved