Menggali Makna Makanan, Rila Setyaningsih Raih Gelar Doktor Lewat Kajian Tradisi Saparan Bekakak

Bagi Rila Setyaningsih, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), makanan adalah bahasa, medium komunikasi

Penulis: Joko Widiyarso | Editor: Joko Widiyarso
DOKUMENTASI untuk TRIBUNJOGJA.COM
DOKTORAL - Dosen UMBY, Dr. Rila Setyaningsih, resmi meraih gelar doktor setelah mengkaji komunikasi melalui makanan dalam tradisi Saparan Bekakak. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Makanan bukan sekadar pemenuh rasa lapar.

Bagi Rila Setyaningsih, dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), makanan adalah bahasa, medium komunikasi yang menyimpan simbol, makna, dan warisan budaya.

Gagasan inilah yang ia angkat dalam disertasi doktoralnya, yang sukses ia pertahankan di Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo.

Rila kini resmi menyandang gelar doktor setelah menyelesaikan program S3 Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UNS.

Ia menjadi doktor keempat di Prodi Ilmu Komunikasi UMBY, sekaligus doktor ke-35 di kampus tersebut.

Disertasinya mengusung topik unik dan multidisipliner: komunikasi melalui makanan dalam tradisi Saparan Bekakak di Ambarketawang, Yogyakarta. 

Dengan pendekatan teoritis yang terintegrasi, Rila memadukan tiga teori utama: communication through food (Bartelmeb dan Godemann, 2017), interaksionisme simbolik (Herbert Mead, 1934 dan Herbert Blumer, 1937), serta teori resepsi khalayak (Stuart Hall, 1973).

“Saya memilih topik penelitian tentang food communication ini karena makanan dan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat dalam konteks sosial dan budaya, memahami bahwa makanan digunakan sebagai sarana komunikasi yang dapat memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan sosial dan budaya suatu masyarakat,” ujarnya.

Penelitian ini mengungkap bahwa komunikasi melalui makanan berperan penting dalam menjaga keberlanjutan tradisi. 

Makanan tidak semata berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan nutrisi, tetapi juga sebagai medium komunikasi yang kompleks.

Dalam disertasinya, Rila menyampaikan kritik mendasar terhadap teori interaksionisme simbolik yang ia nilai belum cukup menjelaskan praktik komunikasi simbolik dalam konteks tradisional Jawa.

Rekomendasi dari disertasinya menyoroti pentingnya dukungan kebijakan dari pemerintah daerah untuk menjaga tradisi semacam ini. 

“Pemerintah daerah perlu membuat kebijakan dan dukungan anggaran untuk keberlanjutan tradisi yang melibatkan makanan sebagai unsur utama melalui berbagai promosi dan kampanye,” tulisnya dalam bagian akhir disertasi.

Disertasi berjudul “Food Communication Dalam Keberlanjutan Tradisi Masyarakat Jawa: Studi Tentang Komunikasi Melalui Makanan Dalam Tradisi Saparan Bekakak Ambarketawang Yogyakarta” dipertahankan dalam ujian tertutup pada 7 Januari 2025 dan dilanjutkan dengan ujian promosi doktor pada 13 Februari 2025.

Dalam proses akademik tersebut, Rila dibimbing oleh promotor Prof. Drs. Pawito, Ph.D., ko-promotor Prof. Dr. Widodo Muktiyo, SE., M.Comm., dan Dr. Andre Noevi Rahmanto, M.Si. Ujian dipimpin oleh Dekan FISIP UNS, Dr. Didik Gunawan Suharto, S.Sos., M.Si., serta Sri Hastarjo, Ph.D. sebagai sekretaris. 

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved