Prodi Pariwisata UGM dan Warga Banyumanik Gelar FGD Rancang Kawasan Wisata Berbasis Masyarakat

Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya UGM menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Padukuhan Banyumanik, KalurahanPacarejo

Editor: Hari Susmayanti
Dok istimewa
DISKUSI : Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar diskusi terpumpun atau Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Padukuhan Banyumanik, Desa Pacarejo, pada Minggu, 20 Juli 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk merencanakan kawasan wisata berbasis masyarakat dengan mengidentifikasi aset daya tarik wisata sebagai langkah awal pemetaan potensi wisata di kawasan Banyumanik. 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL – Program Studi Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama masyarakat Padukuhan Banyumanik, KalurahanPacarejo, pada Minggu, 20 Juli 2025.

Kegiatan ini bertujuan untuk merencanakan kawasan wisata berbasis masyarakat dengan mengidentifikasi aset daya tarik wisata sebagai langkah awal pemetaan potensi wisata di kawasan Banyumanik.

Acara yang berlangsung di Banyumanik Research Center ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk Lurah Pacarejo, Dukuh, pengelola Pokdarwis, KWT, dan perwakilan dari setiap RT setempat.

Diskusi ini juga dihadiri oleh dosen-dosen dari Prodi Pariwisata UGM, yang dipimpin oleh Yulita Kusuma Sari, yang memperkenalkan program perencanaan wisata berbasis masyarakat di Banyumanik.

Dalam sambutannya, Sri Astuti Soedjoko, Kepala Banyumanik Research Center, mengungkapkan bahwa masyarakat Banyumanik telah aktif dalam dua inisiatif penting yakni membangun kawasan kampung ramah air hujan dan menciptakan kebun buah petik di pekarangan rumah masing-masing.

Ia berharap, dengan dukungan akademisi UGM, kawasan Banyumanik dapat berkembang menjadi desa wisata yang mandiri, berkelanjutan, dan memberdayakan masyarakat setempat.

Sementara itu Suhadi, Lurah Desa Pacarejo, juga menyampaikan dukungannya terhadap program ini.

Menurutnya, Banyumanik terletak di wilayah dengan daya tarik wisata yang tinggi, seperti Goa Jomblang, Kalisuci Cave Tubing, dan Macan Mati.

Oleh karena itu, eksplorasi lebih lanjut terhadap potensi wisata di Banyumanik sangat penting untuk meningkatkan integrasi pariwisata di Desa Pacarejo dan menjadikan desa ini sebagai destinasi wisata yang mandiri.

FGD ini mengundang dua narasumber dari Prodi Pariwisata UGM, yaitu Popi Irawan dan Runavia Mulyasari, yang membahas konsep pariwisata berbasis masyarakat.

Baca juga: Uang Ganti Lahan Terdampak Jalan Tol Jogja-Bawen Wilayah Magelang Cair

Popi Irawan menjelaskan mengenai tiga pilar penting dalam pariwisata desa, yaitu keberlanjutan, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian budaya.

Dalam diskusi ini, masyarakat Padukuhan Banyumanik juga aktif menyumbangkan ide-ide mengenai potensi wisata yang ada, mulai dari pertanian, kesenian, hingga sumber daya alam.

Muslam Winarto, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pacarejo, menekankan pentingnya pemahaman yang tepat mengenai konsep desa wisata.

Menurutnya, desa wisata bukan hanya sekadar objek kunjungan wisata, tetapi juga mencakup pengalaman otentik yang berkualitas bagi wisatawan.

Salah satu ide yang dikemukakan adalah mengintegrasikan aktivitas keseharian masyarakat lokal, seperti pertanian dan budaya, dalam bentuk replika interaktif sebagai sarana edukasi dan atraksi wisata yang menarik.

Sesi kedua dari FGD ini diisi oleh Runavia Mulyasari yang membahas pentingnya interpretasi dalam pariwisata.

 Ia menjelaskan bahwa pendekatan interpretasi tidak hanya mencakup penyajian atraksi secara visual, tetapi juga mengedepankan narasi yang menggugah mengenai nilai dan makna dari setiap daya tarik wisata.

Hal ini bertujuan untuk membangun keterhubungan emosional antara wisatawan dan destinasi wisata.

Diskusi ini membuka ruang bagi kolaborasi yang konstruktif antara akademisi dan masyarakat Banyumanik dalam merumuskan arah pengembangan kawasan wisata berbasis masyarakat.

Dengan pendekatan partisipatif yang melibatkan masyarakat dalam setiap aspek perencanaan, diharapkan Desa Banyumanik dapat berkembang menjadi destinasi wisata yang menawarkan pengalaman autentik, berkelanjutan, dan memperkuat identitas lokal.

Meski FGD ini baru merupakan langkah awal, namun telah menjadi pondasi penting dalam membangun desa wisata yang berdaya saing dan dapat mengoptimalkan potensi lokal.

Harapannya, melalui kerjasama antara masyarakat dan akademisi, Banyumanik dapat tumbuh menjadi desa wisata yang tak hanya dikenal dengan daya tarik alam dan budaya, tetapi juga mampu memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat setempat. (Jasminda Tsurayya Khansa dan Hanifah/mahasiswa Prodik Pariwisata UGM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved