Bupati Kulon Progo Ajak Anak Muda Berperan Aktif Hadapi Dampak Perubahan Iklim

Agung mengaku terharu dan bangga dapat hadir di tengah inisiatif yang menurutnya sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

TRIBUNJOGJA.COM/ HANIF SURYO
Pembukaan program Meta Youth Development for Climate Tech (YDCT) di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Senin (21/7/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan, menegaskan pentingnya penguatan kapasitas generasi muda dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin nyata.

Hal ini ia sampaikan saat membuka program Meta Youth Development for Climate Tech (YDCT) di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Senin (21/7/2025).

Agung mengaku terharu dan bangga dapat hadir di tengah inisiatif yang menurutnya sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

Ia menyampaikan bahwa persoalan iklim bukan lagi menjadi isu terbatas bagi masyarakat perkotaan, melainkan telah menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan, termasuk di Kulon Progo.

Ia mencontohkan kondisi cuaca yang makin sulit diprediksi, kemarau panjang yang berujung gagal panen, hujan deras tiba-tiba yang memicu longsor, serta nelayan yang kesulitan menentukan waktu melaut karena perubahan iklim yang ekstrem.

“Air makin susah diprediksi. Petani bingung menanam apa, nelayan bingung kapan bisa melaut. Perubahan iklim ini sudah kita rasakan sampai pelosok desa,” kata Agung.

Ia menilai kehadiran program YDCT yang menyasar generasi muda dengan pendekatan teknologi dan semangat gotong royong adalah langkah tepat dan sangat dibutuhkan saat ini.

Menurutnya, masalah iklim tidak bisa diselesaikan hanya oleh pemerintah atau lewat dokumen kebijakan, tetapi harus melibatkan aksi nyata, kolaborasi lintas sektor, dan peran aktif anak muda.

“Anak muda hari ini bukan hanya penerus bangsa. Kalian ini game-changer, pengubah permainan. Kalian bisa memikirkan solusi yang belum pernah terpikirkan oleh kami yang lebih tua,” tegasnya.

Baca juga: Petani Muda Yogyakarta Gelar Pekan Organik, Panen Bersama untuk Pertanian Berkelanjutan

Agung juga menyoroti potensi teknologi digital dan AI dalam mendukung solusi iklim, seperti sistem pertanian cerdas, pemantauan emisi karbon, hingga edukasi berbasis aplikasi digital yang menarik dan mudah diakses. Ia menyebut bahwa program seperti YDCT bukan sekadar pelatihan, melainkan sebuah bentuk investasi jangka panjang untuk menyelamatkan bumi dan secara khusus, menyelamatkan masa depan Kulon Progo.

“Kami butuh teman, butuh mitra, butuh semangat muda dan ide-ide segar. Kulon Progo siap menjadi ladang kontribusi, tempat kalian menanam kebaikan dan menumbuhkan perubahan,” ujarnya.

Agung juga menekankan bahwa perubahan iklim adalah kenyataan yang tidak bisa hanya dilimpahkan kepada generasi sebelumnya.

Ia mengajak generasi muda untuk aktif mencari solusi, belajar dari lapangan, memahami realitas masyarakat, serta tidak takut gagal dalam berinovasi.

Menurutnya, keberanian untuk mencoba dan kepedulian terhadap sesama adalah fondasi utama perubahan besar.

Program YDCT sendiri diikuti 50 mahasiswa UAJY dan merupakan kolaborasi Meta Platforms Inc. dengan Sustainable Living Lab (SL2).

Para mahasiswa akan mempelajari Generative AI (GenAI), tantangan iklim lokal, hingga membangun solusi AI berbasis data.

Mereka akan didampingi sembilan dosen UAJY yang telah dilatih khusus sebagai trainer YDCT.

Rektor UAJY, Gregorius Sri Nurhartanto, dalam sambutannya menyoroti pentingnya pemanfaatan AI secara bijak dan bertanggung jawab.

“Saya kagum dengan kreativitas semacam itu. Tapi apakah kita hanya akan terkesima oleh hiburan semata? Teknologi informasi harus diarahkan untuk kemajuan dan kesejahteraan umat manusia,” tegas Gregorius.

Ia juga mengingatkan bahaya laten penyalahgunaan AI di pendidikan. 

“Kalau dosennya tidak jeli, itu sangat mengerikan. Pertanyaannya, apakah teknologi benar-benar dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia atau justru melemahkan proses pendidikan itu sendiri?” ujarnya.

Country Manager Indonesia SL2, Janio Nugraha, menekankan bahwa AI bukan sekadar tren sesaat. 

“Hari ini kita berada di titik yang sama, namun dengan teknologi yang berbeda, yaitu Artificial Intelligence. AI kini tren, tapi masih sedikit tenaga ahli di bidang ini. Jika kita tidak mulai sekarang, kita akan tertinggal,” kata Janio.

Janio berharap mahasiswa dapat melihat tantangan iklim sebagai ruang berinovasi, khususnya dengan data dari daerah seperti Kulon Progo. 

“Semoga program ini dapat menjadi inspirasi dan menjadi pijakan awal untuk membawa perubahan positif bagi masa depan yang lebih berkelanjutan,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved