Perburuan Tikus-tikus Pembawa Bakteri Leptospira di Kota Yogyakarta

penyakit leptospirosis di Kota Yogyakarta sepanjang semester pertama 2025 menunjukkan peningkatan signifikan

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Iwan Al Khasni
via kemkes.go.id
PERANGKAP TIKUS: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta menyebar 100 unit trap atau perangkap tikus di lingkungan penduduk. Pemasangan perangkap tersebut menyasar rumah-rumah warga di sekitaran pasien yang sebelumnya dinyatakan terpapar penyakit leptospirosis 

Lebih lanjut, Darini juga meminta, supaya koordinasi lintas instansi bisa diperkuat, khususnya antara Dinkes, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), serta Dinas Pertanian dan Pangan.

Koordinasi diperlukan untuk memetakan rumah-rumah dan lingkungan warga yang terpapar leptospirosis, agar ke depan dapat ditingkatkan.

"Setelah diteliti, rumah mereka rata-rata di lingkungan yang kumuh, becek, sehingga banyak tikus. Bahkan, ada rumah yang kondisinya bocor-bocor," pungkasnya.

Apa itu Leptospirosis?

Leptospirosis adalah penyakit zoonosa yang disebabkan oleh infeksi bakteri berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen dikutip dari Kemenkes.go.id.

Leptospirosis merupakan zoonosis yang diduga paling luas penyebarannya di dunia, di beberapa negara di dunia dikenal dengan istilah “demam urine tikus”. Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, dengan perkiraan kejadian tahunan sebesar 1,03 juta kasus dan 58.900 kematian.

Insiden yang tinggi ditemukan di negara dengan iklim tropis dan sub-tropis, khususnya di negara-negara kepulauan dengan curah hujan dan potensi banjir yang tinggi. Oleh sebab sulitnya diagnosis klinis dan ketiadaan alat diagnostik banyak kasus leptospirosis yang tidak terlaporkan. Faktor lemahnya surveilans, keberadaan reservoir dengan tingginya populasi tikus dan kondisi sanitasi lingkungan yang jelek dan kumuh akibat banjir merupakan faktor-faktor penyebab terjadinya kasus leptospirosis.

Binatang Pembawa Bakteri Leptospira

Di Indonesia, tikus adalah sumber utama penular leptospirosis (jenis tikus : suncus murinus, mus muscullus, rattus novergicus, bandadicota indica),  dan binatang lainnya anjing, babi, sapi, kambing.

Cara Penularan

Leptospirosis ditularkan melalui urin binatang yang mengandung bakteri leptospira, yaitu melalui invasi mukosa atau kulit yang tidak utuh.

 Infeksi dapat terjadi dengan kontak langsung atau melalui kontak dengan air (sungai, danau, selokan, lumpur atau tanah yang tercemar/terkontaminasi bakteri Leptospira.

Penyakit ini  berkembang di alam diantara hewan baik liar maupun domestik, dan manusia menjadi host yang merupakan infeksi akhir atau terminal, karena belum terlaporkan infeksi dari manusia ke manusia. 

Gejala Leptospirosis dan Masa Inkubasi

Gejala klinis : demam ≥ 38⁰ C, sakit kepala, badan lemah, nyeri betis hingga kesulitan berjalan, conjungtival suffusion (kemerahan pada selaput putih mata), kekuningan (ikterik) pada mata dan kulit,  pembesaran hati dan limpa, dan ada tanda-tanda kerusakan pada ginjal. Masa inkubasi antara 2-30 hari, rata-rata berlangsung 7-10 hari.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved