Menyusuri Kuliner Lawas Sembari Menghidupkan Ingatan Lama di Pasar Ngasem Yogyakarta

Pasar Ngasem, begitu namanya, menyuguhkan aneka jajanan lawas yang semakin sulit ditemui di kota-kota besar.

|
Tribun Jogja/ Hanif Suryo
KULINER TRADISIONAL - Pengunjung menikmati jajanan tradisional di Pasar Ngasem, Yogyakarta, Rabu (2/7/2025). Tak jauh dari kompleks Keraton, pasar yang dahulu dikenal sebagai sentra unggas ini kini menjelma menjadi pusat kuliner lawas yang diburu wisatawan. 

Melayani Rasa Sejak Subuh

Bayu, salah satu pedagang serabi dan apem yang cukup dikenal di pasar ini, mengatakan sudah bersiap sejak dini hari.

“Jam 4 pagi saya udah mulai prepare, nyalain arang, panaskan cetakan. Sekitar setengah 6 udah mulai jualan,” ujarnya sambil membalik apem yang baru matang.

Menurut Bayu, lonjakan pembeli selama libur sekolah bisa mencapai tiga kali lipat dibanding hari biasa.

“Biasanya saya bawa seratusan biji. Tapi sekarang bisa sampai 300-an. Tetap aja habis sebelum jam 12 siang,” katanya.

Tak hanya volume penjualan, omzetnya pun melonjak signifikan.

“Kenaikan bisa sampai dua kali lipat. Tapi ya, capeknya juga dua kali lipat,” ucapnya.

Harga jajanannya relatif terjangkau. Serabi dibanderol Rp4.000 per buah, sementara apem pun tak jauh beda. Pengunjung biasa membeli dalam kemasan lima biji seharga Rp20.000.

“Banyak yang beli buat oleh-oleh juga. Kadang mereka nitip ke ojek online,” tambahnya.

Mayoritas pembeli datang dari luar kota—Jakarta, Surabaya, Semarang, hingga Bandung. Beberapa bahkan datang karena rekomendasi media sosial.

“Sekarang hampir semua yang datang tahu dari TikTok atau Instagram. Mereka tuh udah tahu mau beli apa, bahkan tahu nomor stand kami,” ujar Bayu.

Pasar Ngasem bukan hanya soal makanan, namun juga adalah perjumpaan, tempat di mana memori kolektif tentang ‘rasa Indonesia’ tetap dijaga dengan setia.

Dalam jajanan yang dijajakan dengan peralatan sederhana dan arang yang menyala, ada dedikasi untuk mempertahankan tradisi.

Bagi warga lokal, kehadiran wisatawan di Pasar Ngasem membawa angin segar—secara ekonomi dan budaya.

Pasar yang sempat mati suri kini bergeliat kembali dengan wajah baru yang lebih relevan dengan tren zaman, tanpa kehilangan akar.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved