Senandung Cinta Ibu Pertiwi di Tengah Hutan Pinus Mangunan Bantul

Panggung Terbuka Telaga Mardigdo menjadi saksi perhelatan istimewa konser Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) bertajuk Kidung Pertiwi

Dok Humas Pemda DIY
KONSER: Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) membawakan konser bertajuk Kidung Pertiwi di Panggung Terbuka Telaga Mardigdo, Hutan Pinus Mangunan, Bantul, Sabtu (21/6/2025). Konser persembahan Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta ini digelar untuk memperingati Hari Musik Dunia sekaligus merayakan ulang tahun keempat YRO. Senja syahdu dan alam pegunungan menambah magis suasana pertunjukan. 

Tribunjogja.com Bantul - Suasana senja di Hutan Pinus Mangunan, Bantul, berubah menjadi panggung harmoni antara alam dan budaya. Alunan orkestra membaur dengan semilir angin pegunungan, menghadirkan pengalaman musikal yang syahdu dan sarat makna.

Panggung Terbuka Telaga Mardigdo menjadi saksi perhelatan istimewa: konser Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) bertajuk Kidung Pertiwi, Sabtu (21/6/2025).

Dihelat dalam rangka Hari Musik Dunia 2025 sekaligus ulang tahun keempat YRO, konser ini merupakan persembahan dari Kawedanan Kridhamardawa Keraton Yogyakarta.

Sejak pukul 14.00 WIB, kawasan konser telah dipadati penonton dari berbagai penjuru. Tak hanya menyajikan musik, acara ini turut menggandeng masyarakat lokal melalui bazar UMKM, menambah semarak suasana yang sudah dipenuhi ekspektasi. 

Ketika jarum jam menunjuk pukul 15.30, denting musik mulai menggema di sela pepohonan, mengalun hingga matahari terbenam pukul 18.00 WIB.

Tajuk Kidung Pertiwi bukan sekadar nama. Ia menjadi penanda sebuah persembahan musikal yang membalut cinta tanah air dengan sentuhan kelembutan sosok Ibu Pertiwi. Konser ini menyuarakan pesan-pesan pelestarian budaya dan alam, mengangkat tema perempuan, lingkungan, dan bumi pertiwi dalam komposisi-komposisi megah.

“Konser YRO pada bulan Juni ini telah menjadi tradisi tahunan kami. Kami ingin membawa musik orkestra ke ruang terbuka dan menyambangi desa-desa wisata,” tutur KPH Notonegoro, Penghageng Kawedanan Kridhamardawa. 

Ia menyebut konser sebelumnya digelar di Tebing Breksi (Sleman), Gunung Api Purba Nglanggeran (Gunungkidul), dan Bendung Kamijoro (Kulon Progo).

Sebelum pertunjukan dimulai, dilakukan prosesi pemotongan tumpeng tiwul oleh KPH Notonegoro. Hadir dalam kesempatan ini sejumlah tamu kehormatan, seperti GKR Hayu, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, dan Pj Sekda DIY Aria Nugrahadi, serta jajaran Forkopimda dan OPD DIY.

Sebanyak 12 repertoar dibawakan dalam konser ini, terdiri dari 9 lagu orkestra dan 3 lagu acapella.

Beberapa judul yang memukau antara lain Kodok Ngorek, Jenang Gula, Lanang Tenan, Balungan Kere, Nona Jelita, hingga Koyo Jogja Istimewa. Lagu-lagu ini tidak hanya menyuguhkan kekuatan musikalitas, tetapi juga merepresentasikan akar budaya yang dalam.

Sesi orkestra dipandu oleh konduktor MJ. Manggalawaditro, menampilkan sejumlah musisi andal seperti sinden Nyi ML.

Larasati, violinis Riana Heath dan MJ. Cokrowaditro, klarinetis MJ. Jatmikowaditro, serta kolaborasi apik dengan Yogyakarta Royal Choir dan penyanyi tamu Ndaru “Ndarboy Genk”.

Untuk tiga lagu acapella, Yogyakarta Royal Choir tampil memukau di bawah arahan Lukas Gunawan Arga Rakasiwi.

Kejutan datang dari dua karya baru yang dibawakan pertama kali di panggung ini: Concerto Kidung Pamuji dan Concerto Pertiwi. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved