Mahasiswa UNY Sulap Kulit Jeruk Atasi Masalah Limbah Pewarna Batik

Ide ini bermula dari hasil diskusi dan brainstorming tim, yang menyoroti dua persoalan lingkungan serius di Yogyakarta.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA/Istimewa
UJI COBA - Mahasiswa UNY menyulap kulit jeruk untuk menjadi bioadsorben mengatasi limbah pewarna batik 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menciptakan bioadsorben berbahan dasar limbah kulit jeruk (Citrus sinensis) yang berfungsi untuk menyerap limbah pewarna batik.

Hal itu dikembangkan oleh Jalu Bahtiar Baharudin, melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta.

Ide ini bermula dari hasil diskusi dan brainstorming tim, yang menyoroti dua persoalan lingkungan serius di Yogyakarta.

Sebagai kota batik, Yogyakarta memiliki banyak industri batik yang menghasilkan limbah cair dengan pewarna sintetis, dimana sebagian besar limbah tersebut langsung dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan yang memadai.

Hal ini diperparah dengan tingginya aktivitas kuliner yang menggunakan air perasan jeruk, sementara kulit jeruk dibuang begitu saja tanpa pengolahan kembali.

Limbah kulit jeruk ini memiliki pH yang sangat rendah, sehingga sulit untuk terurai secara alami.

Permasalahan inilah yang kemudian menginspirasi Jalu Bahtiar Baharudin dan tim untuk menggabungkan dua masalah menjadi satu solusi.

Mereka meneliti kandungan kulit jeruk peras (Citrus sinensis) dan menemukan bahwa limbah ini mengandung senyawa pektin, yang berpotensi tinggi sebagai bioadsorben alami.

Pektin memiliki gugus karboksil dan hidroksil yang dapat mengikat zat pewarna berbahaya dalam limbah batik.

Setelah melalui studi literatur dan analisis pustaka, tim memutuskan untuk mengekstrak pektin dari kulit jeruk dan mengaplikasikannya ke dalam limbah cair batik.

Dalam kurun waktu tersebut, mereka melakukan sejumlah pengujian ilmiah untuk membuktikan efektivitas pektin sebagai penyerap limbah.

“Ada serangkaian pengujian yang dilakukan untuk menghasilkan produk bioadsorben berbahan dasar kulit jeruk ini,” kata Jalu, Jumat (13/6/2025).

Ia menjelaskan, pengujian pertama adalah uji determinasi yang dilakukan di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM), untuk memastikan jenis kulit jeruk yang digunakan benar-benar jeruk peras murni (Citrus sinensis).

Setelah ekstraksi pektin, tim menguji kemampuannya menggunakan spektrofotometri UV-Vis di UNY, untuk mengukur penyerapan zat warna.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved