Ratusan Umat Buddha Ikuti Larung Pelita di Sungai Progo, Jadi Simbol Penyucian Diri

Ritual ini menjadi bagian dari uji coba bersama paket Wisata Spiritual Borobudur (WSB) yang digagas Kementerian Agama RI.

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Yoseph Hary W
Tribunjogja.com / Yuwantoro Winduajie
LARUNG PELITA: Ratusan umat Buddha dari berbagai sangha mengikuti prosesi larung pelita yang berlangsung di Sungai Progo, kawasan Brojonalan, Borobudur, Kabupaten Magelang, Selasa (11/6/2025) malam. 

TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Ratusan umat Buddha dari berbagai sangha mengikuti prosesi larung pelita yang berlangsung di Sungai Progo, kawasan Brojonalan, Borobudur, Kabupaten Magelang, Selasa (11/6/2025) malam. 

Ritual ini menjadi bagian dari uji coba bersama paket Wisata Spiritual Borobudur (WSB) yang digagas Kementerian Agama RI.

Prosesi dimulai sekitar pukul 19.00 WIB, diawali dengan doa bersama yang dipimpin oleh Bhante Ditthisampanno Mahathera. 

Para peserta datang dengan membawa pelita yang diletakkan di tempurung kelapa, lalu dilarungkannya ke aliran sungai.

"Ini merupakan bagian dari rangkaian awal praktik peziarahan di Candi Borobudur, yaitu penyucian diri melalui pelarungan Sukerto," ujar Bhante Ditthisampanno Mahathera, konseptor praktik spiritual ziarah candi-candi Buddha.

Ia menjelaskan, ritual ini merekonstruksi tradisi lama yang dilakukan para peziarah, yaitu sembahyang di Candi Mendut, penyucian diri di Candi Pawon, dan pelarungan berbagai simbol keburukan diri di Sungai Progo.

"Sukerto atau simbol-simbol ketidak baikan dalam hati seperti kebodohan, kebencian, dan keserakahan dilarung sebagai wujud pelepasan. Setelah itu, peziarah akan mengenakan pakaian putih untuk sembahyang di Borobudur pada keesokan harinya," ungkap Bhante.

Pelita yang dilarungkan juga melambangkan penghormatan terhadap telapak kaki Sang Buddha

Dalam tradisi Buddhis, telapak kaki Sang Buddha diyakini menjadi jejak spiritual yang dipuja para dewa dan naga penjaga.

Bhante menyebut larung pelita ini adalah bagian dari program trial yang melibatkan Kementerian Agama, PT Taman Wisata Candi (TWC), berbagai majelis dan sangha Buddhis, serta pelaku wisata spiritual dari Borobudur dan Yogyakarta.

Ke depan, kegiatan ini akan dikemas sebagai paket wisata religi bertajuk dengan beberapa pilihan rute. 

“Ada Dharma Yatra untuk persembahyangan di Borobudur, Majjhima Dhamma Yatra mencakup Mendut–Pawon–Borobudur, dan Maha Dharma Yatra meliputi candi-candi di Magelang dan Yogyakarta,” jelasnya.

Ketua DPD Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah, Tanto Harsono, menyebut kegiatan larung pelita ini merupakan bagian dari uji coba awal paket ziarah spiritual di Borobudur.

"Ini adalah percobaan trial untuk pilgrim di Borobudur. Nantinya akan ada beberapa paket, dan malam ini kita coba dimulai dengan larung pelita. Kemudian dilanjutkan naik ke candi," ujarnya.

Ia menambahkan, konsep dan rincian paket ziarah tersebut masih dalam tahap penyusunan. 

"Baru digodok. Nanti hasilnya seperti apa akan diumumkan," katanya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved