Kisah Jemaah Haji Asal Spanyol Naik Kuda ke Mekah, Perjalanan Berbulan-bulan yang Dipenuhi Keajaiban

Sejumlah keajaiban dialami oleh jemaah calon haji asal Spanyol bernama Abdallah Rafael Hernandez Mancha saat melaksanakan ibadah haji pada 2025 ini

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
DOK PRIBADI via MIDDLE EAST EYE
Kiri ke kanan: Abdallah Rafael Hernandez Mancha, Tarek Rodriguez, dan Abdelkader Harkassi, saat berada di Kota Konya Turkiye, dalam perjalanan menunaikan ibadah haji 2025. 

TRIBUNJOGJA.COM, HUELVA – Sejumlah keajaiban dialami oleh jemaah calon haji asal Spanyol bernama Abdallah Rafael Hernandez Mancha saat melaksanakan ibadah haji pada 2025 ini.

Dia menunaikan ibadah haji bersama Abdelkader Harkassi dan Tarek Rodriguez.

Bukan naik pesawat, ketiganya berangkat haji dari Spanyol menuju ke Arab Saudi dengan menaiki kuda.

Perjalanan darat tersebut berlangsung cukup panjang.

Dua keajaiban menaungi ketiganya selama perjalanan menuju ke Tanah Suci.

Dikutip dari Kompas.com, perjalanan haji Hernandez bersama kedua rekannya ini bermula pada musim semi 1989 silam.

Saat itu dia mengurung diri di kamar demi menyiapkan diri untuk ujian resmi menjadi guru Sekolah Menengah Atas (SMA) di Andalusia, Spanyol bagian selatan. 

Saat itu Hernandez menemukan sebuah buku yang kemudian mengubah hidupnya. 

"Saya membaca Alkitab, membuka kamus bahasa Spanyol, dan kemudian membolak-balik Al Quran. Saya terpesona dengan referensi geografisnya yang terus-menerus," ujarnya dikutip dari Kompas.com yang melansir pemberitaan Middle East Eye, Kamis (5/6/2025).

Pengalaman spiritual itu membuat Hernandez membuat nazar lulus ujian, yaitu menunaikan ibadah haji dengan menunggang kuda, seperti orang Andalusia kuno. 

Ia pun lulus ujian dan mengganti namanya menjadi Abdallah.

Setelah lulus seleksi, Abdallah kemudian mengabdikan diri sebagai guru selama 35 tahun.

Barulah pada Oktober 2024, setelah pensiun, ia memutuskan memenuhi janjinya yang kedua yakni naik haji.

Abdallah akhirnya menunaikan haji dengan menaiki kuda bersama dua sahabatnya.

Perjalanan dari Spanyol menuju ke Mekkah ini dimulai dari Andalusia.

Dia berangkat dari Huelva, Spanyol, bersama dua sahabatnya, Abdelkader Harkassi dan Tarek Rodriguez.

Meski hanya tiga orang, mereka membawa lima ekor kuda sekaligus.

Kuda-kuda itu dilatih khusus untuk perjalanan jauh melintasi daratan Eropa menuju Arab Saudi.

Keberangkatan mereka sangat emosional. 

"Kami dikelilingi orang-orang yang kami cintai, komunitas Muslim Spanyol, di Almonaster la Real, tempat salah satu masjid tertua yang masih berdiri," kata Harkassi.

Perjalanan dari Spanyol ke Mekkah dilalui dengan sejumlah tantangan berat.

Karena perbatasan Maroko–Aljazair ditutup dan Libya tidak aman, rute tradisional melalui Afrika Utara tak memungkinkan. 

Mereka pun memilih jalur darat melalui Eropa.

 "Ini pencapaian besar karena selama lebih dari 500 tahun tidak ada yang melakukannya lagi dengan menunggang kuda," ujar Hernandez.

Keajaiban pertama dialami oleh Abdallah dan dua sahabatnya sebelum keluar dari Spanyol.

Ketiganya yang mulai perjalanan menuju ke Mekkah sudah kehabisan uang.

Beruntung, saat berada di Navarre, ada seorang anak yang menuntun mereka ke komunitas Muslim, yang kemudian menggalang dana hingga lebih dari 1.200 euro (Rp 22,32 juta). 

Perjalanan menyeberangi Pegunungan Alpen menjadi tantangan tersulit.

"Kuda tidak bisa lewat terowongan, jadi kami harus menyeberang langsung di tengah salju dan cuaca dingin," kata Hernandez.

Sesampainya di Italia, takdir mempertemukan mereka dengan keajaiban kedua, yakni influencer asal Arab Saudi, Abdelrahman Al Mutiri, yang menawarkan karavan sebagai imbalan ikut dalam perjalanan mereka.

Popularitas ketiga pria Spanyol berkuda itu pun melonjak. 

"Di semua negara mayoritas non-Muslim yang kami lewati, ketika kami berkata kami Muslim dan sedang berhaji, mereka sangat tertarik. Itu sebuah pencapaian," ucap Harkassi.

Baca juga: Mengintip Dapur Panitia Kurban Jogokariyan, Kunci Sembelih 65 Sapi Tanpa Insiden Kabur dan Ngamuk  

Sambutan hangat di negara-negara Muslim

Di Bosnia dan Serbia, mereka disambut dengan antusias oleh komunitas Muslim lokal. 

Bahkan ada pasangan yang akan menikah menawarkan rumah mereka sebagai tempat bermalam.

"Ketika kami melepas sepatu bot, uang berjatuhan dari dalamnya. Kami mengumpulkan lebih dari 2.000 euro (Rp 37,2 juta)," kenang Hernandez.

Di Turkiye, perjalanan berlangsung saat Ramadhan dan dalam kondisi bersalju.

Namun, mereka tak pernah kekurangan makanan.

"Empat bulan terakhir kami tidak memasak. Setiap hari kami diundang buka puasa," katanya.

Di Suriah, mereka mendapat pengawalan Tentara Pembebasan Suriah.

Mereka bahkan diterima oleh Menteri Kebudayaan dan Menteri Informasi, sedangkan yang paling membekas adalah sambutan masyarakat.

"Kami begitu tersentuh oleh cara mereka menerima kami. Di negara yang hancur, mereka menyambut kami dengan tangan terbuka," kata Hernandez.

Setibanya di Yordania, sambutan masyarakat tak kalah meriah.

"Setiap beberapa kilometer ada orang menunggu dengan makanan. Kami jadi melambat karena ingin menghargai mereka," ujarnya.

Akhirnya, mereka tiba di Arab Saudi.

Oleh karena ada pembatasan selama musim haji, mereka menyetujui untuk tidak menunggang kuda lagi.

Sebagai gantinya, pihak berwenang memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan.

Sesampainya di Mekkah, air mata haru pun pecah.

"Kedatangan kami begitu istimewa setelah perjalanan panjang ini," ucap Harkassi.

"Banyak yang bertanya: 'Apakah ada Muslim di Spanyol?' Saya pikir, kami berhasil menempatkan komunitas kami di peta," imbuhnya.

Setelah menyelesaikan ibadah haji pada 9 Juni, mereka akan kembali ke Spanyol dengan pesawat.

Namun kuda-kuda mereka harus tetap tinggal di Arab Saudi karena peraturan Uni Eropa.

"Itulah bagian paling menyedihkan," kata Hernandez.

"Kuda-kuda betina ini adalah pahlawan sejati dalam perjalanan kami." (*)

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved