UAJY Kukuhkan 2 Guru Besar dari Fakultas Teknologi Industri
Rektor UAJY, Dr. G. Sri Nurhartanto, S.H., LL.M., mengatakan sebagai pimpinan universitas, ia menyambut baik gembira pengukuhan dua guru besar.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Yoseph Hary W
Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA- Prof. Dr. Pranowo, S.T., M.T dan Prof. Dr. Ir. Baju Bawono, S.T., M.T., IPU dari Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) dikukuhkan sebagai guru besar.
Rektor UAJY, Dr. G. Sri Nurhartanto, S.H., LL.M., mengatakan sebagai pimpinan universitas, ia menyambut baik gembira pengukuhan dua guru besar. Sehingga jumlah guru besar di UAJY saat ini menjadi 22 orang.
Ia menyebut menjadi guru besar juga menjadi tantangan besar. Bukan hanya guru besar kertas saja, tetapi bagaimana dari ilmu yang ditekuni bisa menjadi lokomotif di bidangnya masing-masing.
“Terutama untuk menarik gerbong-gerbong dosen-dosen muda di Fakultas Teknologi Industri supaya nanti juga segera bertambah guru besar yang ada,” katanya, Kamis (05/06/2025).
Ia menyebut pengukuhan dua guru besar ini menjadi anugerah bagi UAJY. Pihaknya pun berharap tahun ini guru besar di UAJY bisa bertambah.
“Mudah-mudahan tahun ini bertambah lagi (guru besar di UAJY), karena ada beberapa yang masih dalam proses penilaian di Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi,” lanjutnya.
Dalam pengukuhan guru besar, Prof. Dr. Ir. Baju Bawono, S.T., M.T., IPU pidato berjudul Peran Teknik Industri Era Transformasi Digital dalam Mewujudkan Industri 5.0 yang Humanis Berkelanjutan, dan Bermanfaat bagi Sesama.
Baju mengungkapkan teknologi tidak bisa dilepaskan begitu saja, butuh orang yang mengontrol. Teknologi adalah sesuatu yang saat ini harus dihadapi. Sehingga harus ada kolaborasi antara manusia dan teknologi.
“Yang harus kita kerjakan, terkait dengan human centered innovation, bahwa pekerja juga harus memahami perilaku sistem teknologi. Lalu bagaimana mengintegrasikan dengan teknologi yang ada, kita bisa memantau. Perubahan dari 1.0, 2.0, sampai 5.0 itu tidak langsung garisnya jelas batasannya,” ungkapnya.
“Perlu juga pelatihan, dan bagaimana sistem itu didesain secara adaptif. Istilahnya teknologi yang nyata dan virtual bisa dilihat itu bisa sama,” lanjutnya.
Sementara Prof. Dr. Pranowo, S.T., M.T menyampaikan pidato berjudul Perkembangan Metode Komputasi Numerik untuk Pemodelan dan Simulasi Komputer: Menyibak Masa Lalu, Memahami Masa Kini, dan Menyongsong Masa Depan.
Dalam penutupnya, ia menyebut di balik perkembangan ilmu komputasi di dunia, terdapat kondisi miris tentang literasi membaca, sains, dan matematika siswa Indonesia yang relatif rendah. Mengacu penilaian Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2022, kemampuan literasi Indonesia menempati peringkat 69 dari 80 negara, dan peringkat 6 di ASEAN.
“Kondisi ini menjadi salah satu faktor penghambat pembelajaran dan pengembangan ilmu komputasi. Tetapi itu bukan alasan untuk berhenti berkarya. Kami akan berusaha untuk terus mengembangkan dan mendiseminasikan ilmu komputasi ke generasi muda,” imbuhnya. (maw)
Bupati Sleman Harda Minta Warga Jangan Mudah Termakan Isu Medsos |
![]() |
---|
Rp217 Miliar untuk Pengentasan Kemiskinan di Gunungkidul, Berikut Rancangan Programnya |
![]() |
---|
Gaga Rizky Promosikan Seni Wayang Suket ke Sekolah-sekolah |
![]() |
---|
Cerita Warga Perumahan di Bantul Pilih Olah Sampah Mandiri |
![]() |
---|
Cakupan IKD di Kulon Progo Baru Mencapai Kisaran 5 Persen, Terkendala Tenaga hingga Sarpras |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.