Tiga Dalang Muda Manggung Satu Layar di Joglo Ki Seno Nugroho
Tiga dalang muda didikan SMK Negeri 1 Kasihan Bantul itu membawakan lakon klasik Babad Alas Wonomarto atau Babad Wanamarta.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL – Tiga dalang muda didikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Kasihan, Bantul, pentas bersama di satu kelir atau di satu layar berukuran jumbo.
Ketiga dalang muda itu terdiri Ki Gading Pawukir, Ki Bima Prasetyo, dan Ki Paulinus Dani Irawan.
Pentas spektakuler tiga dalang berbakat itu digelar di Joglo Gayam, Argomulyo, Sedayu, Bantul, DIY, pada Kamis malam (29/5/2025).
Tempat ini adalah kediaman keluarga dalang kondang Ki Seno Nugroho, yang berpulang empat tahun lalu.
Tiga dalang muda itu membawakan lakon klasik Babad Alas Wonomarto atau Babad Wanamarta.
Ini adalah lakon dalam wayang kulit Jawa yang menceritakan pembukaan hutan Wanamarta oleh tokoh-tokoh Pandawa.
Hutan Wanamarta digambarkan sebagai hutan yang angker dan berbahaya, yang dikuasai para jin dan siluman.
Upaya keras pembukaan wilayah itu dipimpin Bimasena atau Werkudoro, dan akhirnya berhasil.
Secara ringkas, lakon ini mengajarkan keberanian, tekad kuat, serta kemampuan mengatasi rintangan.
Ki Gading Pawukir yang memimpin pentas merupakan putra kedua almarhum Ki Seno Nugroho, yang mewarisi bakat mendiang ayahnya.
Selain pentas utama tiga dalang, pergelaran ini dibuka penampilan dua dalang muda lain, Ki Tegar Yudha Arfi Maulana dan Ki Bayu Aji Nugraha.
Keduanya membawakan lakon Dewa Ruci, yang dipentaskan secara padat dan cepat.

Mereka siswa jurusan pedalangan di SMKN 1 Kasihan Bantul, yang yang dulu dikenal Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia atau SMKI.
Pentas akbar para dalang muda ini sekaligus syukuran satu tahun berdirinya perkumpulan seniman kerawitan dan siswa pedalangan dari SMKI.
Di luar jam pelajaran dan jam praktik di sekolahnya, anak-anak muda itu menggunakan aset dan fasilitas peninggalan Ki Seno Nugroho.
Kegiatan rutin mingguan maupun bulanan difasilitasi penuh keluarga Ki Seno Nugroho, terutama Agnes Widyaningrum, yang tak lain ibu Ki Gading Pawukir.
Seniman-seniman dan penggerak grup kesenian Wargo Laras seperti Bayu Kuncoro dan Heru Nugroho yang tak lain kakak dan adik Ki Seno Nugroho, menjadi pembimbing mereka.
“Kepyakan dalang muda yang umumnya dari SMKI ini sudah berlangsung 11 kali, dan pentas kali ini yang ke-12 atau tepat satu tahunnya,” kata Heru.
Agnes Widyaningrum sebelum pentas tiga dalnag muda, termasuk putranya, menjelaskan, ia memang menjadi tuan rumah pergelaran anak-anak muda ini.
Segala sesuatu persiapan, termasuk penyiapan semua perangkat dan saluran untuk live streaming menggunakan asset peninggalan almarhum Ki Seno Nugroho.
Menurut dosen jurusan televisi dan film di Insititut Seni Indonesia Yogyakarta ini, kegiatan ini menjadi ruang kreasi bagi para penerus kesenian tradisi.
“Jam belajar dan praktik di sekolah bagi anak-anak kan terbatas, jadi silakan saja mereka berkegiatan di Gayam sini,” kata Agnes.
Dia merasa gembira, apa yang dulu menjadi kebanggaan dan kebahagiaan almarhum Ki Seno jika melihat anak-anak muda suka mendalang dan kerawitan, ada yang melanjutkan.
Apalagi Ki Gading Pawukir yang pernah diimpi-impikan Ki Seno Nugroho akan meneruskan kehebatannya, tampak serius menekuni dunia ini.

Gading Pawukir saat ini telah lulus dari SMKN 1 Kasihan, dan akan melanjutkan kuliah di jurusan pedalangan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.
Penampilan lima dalang muda, para pegrawit da sinden-sinden muda dari SMKI terlihat memukau Ki Jumbuh Siswanto.
Dalang kondang dari Magelang itu menyaksikan pentas sejak awal hingga akhir, dan dia mengatakan sangat terharu dan bangga.
“Akhirnya saya tidak khawatir lagi, seni tradisi wayang dan kerawitan masih banyak penerusnya,” kata Ki Jumbuh.
Bahwa masih banyak yang harus ditingkatkan kualitas penampilannya, menurut Ki Jumbuh lumrah karena anak-anak masih sangat muda.
“Tapi jika melihat kerawitan atau pengiringnya, mereka sudah hebat-hebat,” imbuh Ki Jumbuh yang putranya, Ki Paulinus Dani Irawan, juga ikut pentas bersama Ki Gading Pawukir dan Ki Bimo Prasetyo.
Pentas dua dalang pembuka, dan tiga dalang salam satu layar atau kelir disiarkan di kanal You Tube Dalang Seno, ditonton secara terbatas oleh warga penggemar pertunjukan wayang kulit.
Seusai pentas, Ki Gading Pawukir mengatakan dirinya senang masih bisa berkumpul dan pentas bersama teman-temannya.
Pertunjukan ini juga sekaligus menandai perjalanan satu tahun perkumpulan yang didirikannya, walau dalam perjalanan sering naik turun semangatnya.
(Tribunjgja.com/Setya Krisna Sumarga)
Kulon Progo Promosikan Seni Budaya Hingga Potensi Daerah Lewat Pesona Budaya Nusantara TMII Jakarta |
![]() |
---|
Kekecewaan PHRI DIY Terkait Pembatalan Gelaran Wayang Jogja Night Carnival 2025 |
![]() |
---|
Kenapa WJNC 2025 Batal? Berikut Alasannya serta Deretan Tema Wayang Jogja Night Carnival 2016–2025 |
![]() |
---|
Wayang Jogja Night Carnival 2025 Ditiadakan, Wali Kota Yogya Beberkan Alasannya |
![]() |
---|
Pameran Seni Rupa Tonggak: Ziarah 1 di Jogja National Museum Diperpanjang hingga 20 September |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.