PSIM Yogyakarta

Suporter PSIM Yogyakarta Ingin Laskar Mataram Tetap Berkandang di DIY

Hingga saat ini manajemen PSIM belum bisa memastikan stadion mana yang bakal dijadikan homebase di Liga 1 musim 2025/2026 nanti.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUN JOGJA / Almurfi Syofyan
LAGA KANDANG: Suporter PSIM Yogyakarta saat memberikan dukungan bagi klub saat berlaga di Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta, beberapa waktu lalu. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Suporter PSIM Yogyakarta ingin kontestan Liga 1 2025/2026 tersebut tetap berkandang di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bila Stadion Mandala Krida, Kota Yogyakarta tak lolos verifikasi dari operator kompetisi.

Suporter tim tak mau klub berjuluk Laskar Mataram menjalani laga kandang jauh dari DIY apalagi di luar provinsi.

"Kami semua masih menunggu karena sampai sekarang belum ada kejelasan untuk stadion yang mau digunakan PSIM di Liga 1 nanti," ujar Wakil Presiden Brajamusti, Hadi Kojek pada wartawan, Rabu (28/5/2025).

Hingga saat ini manajemen PSIM belum bisa memastikan stadion mana yang bakal dijadikan homebase di Liga 1 musim 2025/2026 nanti.

Meski begitu, manajemen tetap mengupayakan Stadion Mandala Krida sebagai opsi pertama untuk kandang musim depan.

Seandainya stadion itu tak lolos verifikasi, manajemen telah membidik beberapa stadion lainnya seperti, Stadion Sultan Agung (SSA) Bantul, Stadion Moch Soebroto, Magelang, Stadion Maguwoharjo, Sleman, hingga Stadion Manahan, Solo.

Diketahui dari empat nama stadion tersebut, stadion Maguwoharjo dan Manahan memang dinilai yang paling layak dan memenuhi standar FIFA untuk bisa menggelar pertandingan di kompetisi Liga 1.

Meski begitu, lanjut Hadi para suporter sebenarnya ingin PSIM Yogyakarta tetap bisa berkandang di Stadion yang ada di DIY untuk menatap kompetisi Liga 1 musim depan.

Bejalar dari pengalaman tim lain, para suporter tidak ingin menjadi tim musafir hingga keluar provinsi yang membuat prestasi tim tak maksimal.

"Jika PSIM akan berkandang di luar DIY kasihan teman-teman suporter lain, seperti biaya dan sebagainya. Tiket di Liga 1 juga mahal, dan kami jadikan contoh tim musafir itu kan tidak nyaman buat tim," imbuhnya. (Mur)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved