Pengamat Ekonomi: Biofuel Berbasis Tebu Bisa Jadi Pilar Ekonomi Hijau dan Kemandirian Energi
Rencana peluncuran Pertamax Green oleh Pertamina Patra Niaga pada 5 Juni dinilai sebagai langkah strategis dalam mempercepat transisi energi bersih
Selain itu, masyarakat juga punya pilihan, dengan membeli Pertamax Green di samping lebih ramah lingkungan juga akan memberikan performa mesin kendaraan lebih optimal
"Jadi sangat wajar jika harga Pertamax Green sedikit lebih mahal dari harga pertamax," pungkasnya.
Sementara itu, menurut Dosen Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, peralihan ke bahan bakar nabati seperti biofuel merupakan keniscayaan di tengah terus menipisnya cadangan minyak bumi nasional.
"Minyak bumi itu tidak terbarukan, sementara kebutuhan energi terus meningkat. Maka, biofuel menjadi solusi realistis untuk masa depan energi Indonesia," ujarnya.
Fahmy menilai, meskipun kandungan bioetanol dalam Pertamax Green baru mencapai 5 persen, langkah ini penting untuk membangun kesadaran publik akan pentingnya penggunaan energi bersih.
Potensi bahan baku biofuel di Indonesia, lanjutnya, sangat besar dan beragam, mulai dari tebu, kelapa sawit, singkong, hingga tanaman lain yang bisa diperbarui.
Namun, tantangan utama ada pada penguasaan teknologi. Indonesia, menurut Fahmy, belum sepenuhnya mandiri dalam teknologi produksi biofuel.
“Kalau ingin swasembada energi, kita harus berani berinvestasi dalam penguasaan teknologi sendiri,” tegasnya. (*)
Antusiasme Masyarakat Kumpulkan Minyak Jelantah di UCollect Box Cukup Tinggi |
![]() |
---|
UMK Academy Dorong UMKM Yogyakarta Naik Kelas |
![]() |
---|
Pertamina Patra Niaga Integrated Terminal Semarang Raih Penghargaan ‘Sahabat Anak Terbaik’ |
![]() |
---|
200 Pelajar di DIY Ikuti Lomba Gambar, Pemenang Bisa Nonton MotoGP di Mandalika |
![]() |
---|
Diskon Spesial HUT ke-80 RI, Pertamina Tebar Diskon BBM hingga Rp 450 Per Liter |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.