Hingga Pertengahan Mei 2025, Angka Demam Berdarah di Bantul Tembus 372 Kasus
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Tri Widiyantara, mengungkapkan, ratusan kasus DBD itu tersebar di beberapa kapanewon.
Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Yoseph Hary W
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, tembus sekitar 372 selama awal tahun sampai pertengahan Mei tahun 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Agus Tri Widiyantara, mengungkapkan, ratusan kasus DBD itu tersebar di beberapa kapanewon. Namun, kasus terbanyak ada di Kapanewon Sedayu dan Kapanwon Pleret.
"Sebenarnya, jumlah kasus DBD di Bantul itu fluktuatif per minggunya. Ada yang naik, ada yang turun. Tapi, ya secara umum, jumlahnya masih tinggi," katanya, Rabu (21/5/2025).
Disampaikannya, jumlah kasus DBD pada tahun 2025 ini, cukup meningkat dibandingkan tahun lalu dalam periode yang sama. Sayangnya, ia tidak menjelaskan detail perbandingan antara kasus tahun 2025 dan tahun 2024.
"Lalu, dari data BDB yang ada, bersyukurnya tidak ada pasien yang meninggal dunia dikarenakan kasus DBD," tuturnya.
Lebih lanjut, Agus menyampaikan bahwa peningkatan kasus DBD tahun ini, terjadi dikarenakan beberapa faktor. Beberapa diantaranya karena faktor curah hujan yang tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan genangan air dan mempermudah perkembanganbiakan nyamuk aedes aegypti.
"Mungkin juga kita belum optimal untuk gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), sehingga itu yang perlu kami sikap dan tingkatkan untuk mengatasi penyebaran DBD di Bantul," tutur Agus.
Dari sisi geografis juga dianggap cukup memberikan dampak pada peningkatan kasus DBD. Seperti yang terjadi di Kapanewon Sedayu dan Pleret, di mana disebut-sebut memiliki banyak area perbukitan kapur dan genangan air.
Kendati demikian, Agus menyebut bahwa sejak awal tahun pihaknya sudah menekankan kepada masyarakat untuk mewaspadai peningkatan kasus DBD dikarenakan curah hujan tahun 2025 cukup meningkat.
"Ya, nanti kami lakukan upaya-upaya lagi yang lebih intensif agar bisa mencegah peningkatan kasus DBD," ujar Agus.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk tetap membersihkan lingkungan sekitar tempat tinggal dan membuang barang-bareng bekas, sehingga tidak lagi menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk.
"Kami juga ada kader-kader Puskesmas dan gerakan juru pemantau jentik (Jumantik). Nah, itu akan kami aktifkan lagi," tandas Agus.(nei)
Mengenal ASSA, Wadah untuk Para Pendidik Kreatif yang Siap Adopsi Transformasi Teknologi |
![]() |
---|
Empat Desa di Kabupaten Klaten Masuk Daftar Rawan Peredaran Narkoba |
![]() |
---|
Mengenal Inovasi Smart City: Dari Daerah untuk Ketahanan Nasional |
![]() |
---|
Tips Pertolongan Pertama untuk Luka Sederhana Pada Anak, Jangan Ditiup! |
![]() |
---|
Reaksi Orang Tua di Bantul soal Maraknya Keracunan MBG: Pemerintah Kurang Profesional |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.