Trajumas, Warisan Kopi Jawa yang Dihidupkan Kembali oleh Generasi Muda Kulon Progo

Mereka memberi nama kopinya “Trajumas”, akronim dari “Timbangan Emas”, simbol keseimbangan antara manusia dan alam.

Dok.Istimewa
Rembag Keistimewaan bertema Trajumas: Kopi Jawa Khas Menoreh di Yogyakarta, Kamis (15/5/2025).Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan antara pelaku akar rumput dan pembuat kebijakan, menggali potensi kopi sebagai jembatan antara sejarah, budaya, pertanian, dan masa depan melalui dukungan Dana Keistimewaan. 

Lahirnya Kelompok Tani Tarunatani Asta Brata menjadi penanda bahwa langkah mereka sudah menjejak struktur yang formal. 

Dukungan terus mengalir, salah satunya dari Pemerintah DIY melalui Paniradya Keistimewan. 

Kepala Bidang Tata Ruang Paniradya, Nur Ikhwan Rahmanto, menjelaskan bahwa pengembangan kopi di Menoreh sejalan dengan Satuan Ruang Strategis Keistimewaan (SRSK), yang menetapkan kawasan Pegunungan Menoreh sebagai ruang prioritas pembangunan berbasis kekhasan lokal.

Dana Keistimewaan, Bibit Harapan

Masuknya Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dari Dana Keistimewaan memberikan napas panjang pada kelompok ini.

Setelah legalitas terbentuk, mereka memperoleh pupuk dan 7.800 bibit kopi, yang langsung mempercepat proses berbuah pohon-pohon kopi yang ditanam. 

Di tahun 2025, bantuan tambahan sebesar 20.000 bibit kopi, serta penambahan fasilitas di rumah produksi yang telah dibangun.

Tak berhenti di situ, Paniradya Kaistimewan juga berkomitmen melakukan pendampingan teknis dan evaluasi berkelanjutan dengan menggandeng dinas terkait, akademisi, dan praktisi pertanian.

“Istilah kami: misal beli mobil sepisan (sekali), sementara kopi berkali-kali. Artinya, mobil cuma bisa dibeli sekali, tapi kopi bisa dipanen berkali-kali,” ujar Agustinus. 

Ia memperkirakan satu pohon kopi dapat menghasilkan 10–11 kilogram per tahun.

Bila seorang petani menanam 2.000 batang, potensi pendapatan bisa mencapai Rp120 juta per tahun—atau Rp10 juta per bulan.

“Kalau begitu, petani bangun tidur pun sudah punya Rp333 ribu,” tambahnya sambil berkelakar. 

Namun, kelakar itu bukan tanpa dasar. Hari ini, masyarakat mulai percaya bahwa kopi bukan hanya bisa dinikmati, tapi juga bisa menyejahterakan.

Lebih dari sekadar produk pertanian, Trajumas adalah filosofi. Menurut Agustinus, nama “Trajumas” diambil dari istilah kuno yang berarti timbangan emas, simbol keseimbangan alam dan manusia. 

“Kesejahteraan itu soal keseimbangan. Antara kerja dan tanah, antara budaya dan ekonomi,” ujarnya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved