Breaking News

Melihat Masjid Berusia Satu Abad di Argomulyo Bantul yang Diterjang Jalan Tol Yogyakarta- YIA

Masjid tersebut terdampak oleh pembangunan proyek tol Yogyakarta-Kulonprogo.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Almurfi Syofyan
TERDAMPAK TOL - Penampakan Masjid Kebondalem, Srontakan, Argomulyo, Bantul yang berusia satu abad lebih, Kamis (8/5/2025). Masjid ini terdampak proyek jalan tol Yogyakarta-YIA Kulonprogo 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pembangunan jalan tol di Yogyakarta-YIA Kulonprogo menerjang sejumlah lahan persawahan, perumahan hingga fasilitas umum seperti rumah ibadah.

Seperti, Masjid Kebondalem yang telah berusia satu abad lebih dan terletak di Srontakan, Argomulyo, Sedayu, Bantul, DI Yogyakarta. 

Patok jalan tol berkelir merah dan putih pun sudah terpasang di masjid yang menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan RI di wilayah tersebut.

Pantauan Tribun Jogja di lokasi, Kamis (8/5/2025), tampak dua buah patok tol berkelir merah dan putih terpasang di luar area masjid.

Masjid yang terbuat dari bangunan batu itu berada di tengah-tengah perkampungan.

Di dekat masjid juga terdapat satu buah sendang yang digunakan sebagai sumber mata air untuk berwudhu.

Sendang ini dikenal warga dengan nama Sendang Kebondalem.

Di mimbar masjid tertulis angka 1918 menandakan tahun pembangunan ulang dari masjid tersebut.

Ketua Takmir Masjid Kebondalem, Dakin, membenarkan jika masjid tersebut terdampak oleh pembangunan proyek tol Yogyakarta-Kulonprogo.

Menurutnya, patok tol tersebut sudah lama dipasang oleh pihak terkait di area tersebut.

"Kalau pemasangan patok tol itu sudah lama. Artinya masjid memang kena tol," imbuhnya saat Tribun Jogja temui, Kamis (8/5/2025).

Lanjutnya, masjid tersebut memang berusia satu abad lebih.

Cerita yang diterima dari leluhurnya, masjid itu dibangun pada tahun 1850 masehi. Bangunan awal masjid itu terbuat dari kayu dan atapnya sirap kayu.

Kemudian, pada tahun 1916 masjid sempat terbakar saat Idul Fitri.

Pada tahun itu belum ada listrik sehingga sumber penerangan menggunakan lampu teplok atau juga dikenal dengan nama lampu ublik.

"Setelah terbakar, masjid dibangun ulang. Itu bahan campurannya belum pakai semen waktu itu, tidak semua bangunan masjid yang terbakar. Tapi bagian dinding yang sekarang sudah dibangun ulang dengan batu dan pasir," jelasnya.

Lanjutnya, pada awalnya masjid tersebut terdapat tiga pintu, namun setelah direnovasi kini hanya ada dua pintu untuk jemaah keluar masuk.

Dia menjelaskan, meski masjid tersebut kedepannya akan tergusur oleh pembangunan jalan tol, namun calon tanah pengganti masjid itu sudah ada.

"Calon tanah penggantinya sudah ada. Nanti jaraknya cuma sekitar tiga pekarangan dari lokasi masjid sekarang," imbuhnya takmir masjid  berusia 62 tahun itu.

Sementara itu, Pegiat Cagar Budaya, Hari Wahyudi, menyampaikan bila dilihat dari struktur bangunan, Masjid Kebondalem yang berusia satu abad tersebut memang sudah mengalami perubahan.

"Dulunya ini bangunannya kayu. Kemudian ada renovasi, setelah batu sebagai dinding mengganti dinding papan," ucapnya.

Namun, lanjut Hari, dari bangunan masjid itu masih ada beberapa struktur bangunan yang asli seperti tiang soko guru yang berada di dalam masjid. 

"Tiang soko guru yang ada di tengah masjid itu masih asli. Bagian rangka atapnya juga masih mempertahankan gaya lama," imbuhnya.

Dia pun menyampaikan, keberadaan Masjid Kebondalem itu juga tercatat di peta topografi Belanda tahun 1922-1925.

Masjid tersebut sudah pernah didaftarkan sebagai objek diduga cagar budaya (ODCB), namun karena ada beberapa kendala akhirnya hingga sekarang belum terdaftar.

"Tapi sendang Kebondalem yang ada di area masjid ini terdaftar sebagai ODCB di Dinas Kebudayaan Bantul. Bisa dilihat di situs dinas tersebut," tukasnya. (*) 
 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved