Puisi
Makna Puisi Aku Berkisar Antara Mereka Karya Chairil Anwar, Sebuah Potret Eksistensi Sosial
Puisi "Aku Berkisar Antara Mereka" karya Chairil Anwar adalah sebuah ungkapan eksistensial yang kuat, merefleksikan pergulatan individu dalam menghada
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM - Puisi "Aku Berkisar Antara Mereka" karya Chairil Anwar adalah sebuah ungkapan eksistensial yang kuat, merefleksikan pergulatan individu dalam menghadapi realitas sosial dan kehilangan identitas.
Melalui diksi yang tajam dan metafora yang mendalam, Chairil melukiskan potret keterasingan, ketidakpastian, dan upaya mencari makna di tengah dunia yang terasa asing dan keras.
Kali ini kita akan menelisik lebih lanjut lapisan-lapisan makna yang terkandung dalam puisi ini, membuka interpretasi tentang keterpaksaan, harapan yang pupus, serta kerinduan akan pemahaman dan penerimaan di tengah kehampaan.
Puisi ini adalah potret eksistensial yang suram tentang individu yang berjuang mencari makna dan identitas di tengah realitas sosial yang keras dan penuh ironi.
Berikut isi dan makna puisi "Aku Berkisar Antara Mereka":
Isi Puisi "Aku Berkisar Antara Mereka"
Aku berkisar antara mereka sejak terpaksa
Bertukar rupa di pinggir jalan, aku pakai mata mereka
pergi ikut mengunjungi gelanggang bersenda:
kenyataan-kenyataan yang didapatnya.
(bioskop Capitol putar film Amerika,
lagu-lagu baru irama mereka berdansa)
Kami pulang tidak kena apa-apa
Sungguh pun Ajal macam rupa jadi tetangga
Terkumpul di halte, kami tunggu trem dari kota
Yang bergerak di malam hari sebagai gigi masa.
Kami, timpang dan pincang, negatip dalam janji juga
Sendarkan tulang belulang pada lampu jalan saja,
Sedang tahun gempita terus berkata.
Hujan menimpa. Kami tunggu trem dari kota.
Ah hati mati dalam malam ada doa
Bagi yang baca tulisan tanganku dalam cinta mereka
Semoga segala sypilis dan segala kusta
(Sedikit lagi bertambah cerita bom atom pula)
Ini buktikan tanda kedaulatan kami bersama
Terimalah duniaku antara yang menyaksikan bisa
Kualami kelam malam dan mereka dalam diriku pula.
Makna Puisi "Aku Berkisar Antara Mereka"
Puisi Chairil Anwar yang berjudul "Aku Berkisar Antara Mereka" ini adalah sebuah representasi yang kuat tentang keterasingan, kehilangan identitas, dan upaya untuk menemukan makna di tengah realitas sosial dan politik yang keras pada masanya.
Bait pertama, "Aku berkisar antara mereka sejak terpaksa / Bertukar rupa di pinggir jalan, aku pakai mata mereka / pergi ikut mengunjungi gelanggang bersenda: / kenyataan-kenyataan yang didapatnya," menggambarkan sebuah kondisi keterpaksaan untuk berinteraksi dan bahkan mengadopsi perspektif orang lain.
Sang "aku" penyair merasa terpaksa untuk "bertukar rupa," kehilangan keotentikan dirinya demi bisa berbaur atau memahami "kenyataan-kenyataan yang didapatnya" dari orang-orang di sekitarnya.
"Gelanggang bersenda" bisa diinterpretasikan sebagai arena kehidupan sosial yang penuh dengan kesenangan dangkal, namun di baliknya tersembunyi realitas yang mungkin pahit atau tidak memuaskan bagi sang penyair.
Tindakan "memakai mata mereka" menyiratkan upaya untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain, sebuah bentuk alienasi diri demi mencoba memahami atau diterima oleh lingkungan sosial.
Bait kedua dan ketiga memperluas gambaran realitas sosial yang dihadapi.
Referensi pada "bioskop Capitol putar film Amerika" dan "lagu-lagu baru irama mereka berdansa" melukiskan pengaruh budaya asing yang mungkin mendominasi atau terasa asing bagi identitas "kami."
Meskipun berada di tengah keramaian dan hiburan, "Kami pulang tidak kena apa-apa," sebuah pernyataan ironis yang menyiratkan kekosongan atau ketidakbermaknaan dari pengalaman tersebut.
Bahkan ancaman "Ajal macam rupa jadi tetangga" terasa hadir namun tidak memberikan dampak yang signifikan, seolah-olah kematian dan bahaya telah menjadi bagian yang biasa dan diabaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penantian "trem dari kota" di halte menjadi metafora untuk harapan akan datangnya sesuatu dari luar, dari pusat peradaban, yang mungkin membawa perubahan atau jawaban.
"Trem yang bergerak di malam hari sebagai gigi masa" adalah citra yang kuat, menggambarkan waktu yang terus berjalan, menggerogoti kehidupan dan harapan dengan kegelapan malam.
Kondisi "kami, timpang dan pincang, negatip dalam janji juga" melukiskan sebuah komunitas yang lemah, cacat secara fisik atau moral, dan tidak memiliki kepastian atau harapan di masa depan.
Mereka hanya bisa "sendarkan tulang belulang pada lampu jalan saja," mencari sedikit penerangan dan kehangatan di tengah kegelapan dan ketidakpastian.
Sementara itu, "tahun gempita terus berkata," menyiratkan bahwa hiruk pikuk dan perubahan zaman terus bergulir tanpa mempedulikan kondisi "kami" yang terpinggirkan.
Bait terakhir membawa sentuhan keputusasaan dan harapan yang paradoks.
"Hujan menimpa. Kami tunggu trem dari kota" mengulang kembali situasi tanpa harapan, di mana kesulitan ("hujan") terus menimpa dan satu-satunya harapan adalah kedatangan sesuatu dari luar yang tak pasti.
"Ah hati mati dalam malam ada doa / Bagi yang baca tulisan tanganku dalam cinta mereka" adalah ungkapan kerinduan akan pemahaman dan cinta dari pembaca puisinya.
Di tengah "hati mati" dan kegelapan, masih tersisa harapan akan adanya koneksi emosional melalui karyanya.
Namun, harapan ini bercampur dengan keputusasaan dan ironi yang pahit dalam baris selanjutnya: "Semoga segala sypilis dan segala kusta / (Sedikit lagi bertambah cerita bom atom pula) / Ini buktikan tanda kedaulatan kami bersama." Penyakit-penyakit mengerikan seperti sifilis dan kusta, serta ancaman dahsyat bom atom, justru dijadikan "tanda kedaulatan bersama," sebuah ironi yang pedih menggambarkan kondisi masyarakat yang penuh dengan penderitaan dan ancaman.
Akhir puisi, "Terimalah duniaku antara yang menyaksikan bisa / Kualami kelam malam dan mereka dalam diriku pula," adalah sebuah permohonan agar pembaca menerima realitas yang dialami penyair, sebuah dunia yang penuh dengan kegelapan dan di mana "mereka" (orang lain, masyarakat) juga menjadi bagian dari dirinya, mungkin sebagai sumber keterasingan sekaligus upaya untuk memahami. (MG Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita)
MG Key
Makna Puisi Aku Berkisar Antara Mereka Chairil Anw
Puisi Aku Berkisar Antara Mereka Chairil Anwar
Puisi Chairil Anwar
Makna Puisi Orang-Orang Miskin Karya W.S. Rendra |
![]() |
---|
Makna Puisi Wanita Pengumpul Kayu Bakar Karya Abdul Wachid BS, Kritik Kemunafikan Moral dan Hasrat |
![]() |
---|
Makna Puisi Malam di Kota Khatulistiwa karya Wiji Thukul, Potret Dualitas Kehidupan |
![]() |
---|
Makna Puisi Apakah Kartini Karya Sosiawan Leak: Mengawal Perkembangan Emansipasi Wanita |
![]() |
---|
Mengenang Jasa RA Kartini, Berikut 6 Puisi tentang Perempuan Karya Penyair Terkenal Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.