Melihat Proses Pengolahan Sampah di TPS3R Bugisan Klaten, Hasilkan Cuan dan Jadi Penyumbang PAD Desa
Sampah yang diolah berhasil mendatangkan cuan dan menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) untuk desa.
Penulis: Dewi Rukmini | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Dewi Rukmini
TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Desa Bugisan di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menjadi salah satu desa di Kota Bersinar yang berhasil mengolah sampah secara mandiri.
Bahkan, sampah yang diolah berhasil mendatangkan cuan dan menyumbang pendapatan asli daerah (PAD) untuk desa.
Pengolahan sampah di Desa Bugisan dilaksanakan di tempat pengolahan sampah reduce, recycle, reuse (TPS3R) Guyub Karya Santosa.
Lokasinya berada di tanah kas desa seluas 2.000 meter persegi, namun yang dimanfaatkan untuk bangunan TPS3R seluas 1.000 meter persegi.
TPS3R Guyub Karya Sentosa Desa Bugisan memiliki dua bangunan yang digunakan untuk pengelolaan sampah dan gudang penyimpanan pilahan sampah siap jual.
Di lokasi tersebut, sampah yang berasal dari masyarakat Deda Bugisan dipilah dan diolah agar memiliki nilai jual.
Sampah organik diolah menjadi pupuk kompos. Sedangkan sampah anorganik semisal plastik, kardus, botol kaca, kaleng, sepatu bekas, hingga botol plastik dikumpulkan sesuai jenisnya akan dijual kepada pengepul.
Baca juga: Pemkab Klaten Borong Penghargaan TOP BUMD Award 2025
Ketua I TPS3R Guyub Karya Santosa, Widoyo, mengungkapkan bahwa TPS3R Desa Bugisan rutin menyumbangkan PAD lewat BUMDes sejak 2021.
Dikatakan, sumbangan PAD itu berasal dari pendapatan jasa layanan, penjualan rongsok dan organik yang sudah dikurangi biaya operasional TPS3R.
"Jadi sisa pendapatan bersihnya itu 40 persen masuk BUMDes untuk PAD, 30 persen untuk pengurus, dan 30 persen untuk kas TPS3R. Per bulan kami bisa menyumbang PAD sekitar Rp600-800 ribu, tapi kalau penjualan rongsok banyak maka bisa memberikan (PAD) Rp1 juta lebih," ungkap Widoyo kepada Tribunjogja.com, Selasa (29/4/2025).
Widoyo mengatakan, setiap hari TPS3R Desa Bugisan mengelola sampah hingga 1,5 ton. Sampah-sampah tersebut berasal dari 500-700 KK warga Desa Bugisan.
"Untuk residu yang dikirim ke TPA Troketon Klaten paling sekitar 30 persen dari total sampah yang diolah perhari," ujarnya.
Adapun untuk pengelolaan sampah di TPS3R Desa Bugisan dilakukan oleh delapan orang warga setempat.
Mereka melakukan pengolahan mulai dari mengambil sampah dari rumah warga, kemudian memilah, dan mengolongkan sampah sesuai jenisnya.
Proses pemilahan sampah di TPS3R tersebut menggunakan mesin gibrik.
Mesin itu memilah sampah organik dengan anorganik terutama plastik.
Sampah berupa plastik akan dikumpulkan menjadi satu untuk bisa dijual ke pengepul.
Sementara sampah anorganik diolah menjadi pupuk kompos kering yang biasa dibeli kelompok wanita tani (KWT) setempat.
"Kalau dari rumah tangga paling banyak sampah daun-daun kering dan anorganik. Sampah sisa makanan juga kami olah, dijual ke peternak babi," katanya.
Meskipun sudah menyumbangkan PAD, akan tetapi pengelolaan sampah di TPS3R Desa Bugisan masih cenderung manual.
Oleh karena itu, Widoyo menyebut sudah mengajukan ke desa untuk pengadaan mesin konveyer dan listrik.
Sehingga, pengelolaan sampah di TPS3R Guyub Karya Santosa Desa Bugisan bisa berjalan semakin efisien dan cepat. (*)
16 Klub Ikuti Turnamen Tenis Piala Bupati Klaten 2025, Ini Harapan Bupati Hamenang |
![]() |
---|
Muhammad Himawan Purnomo Ditunjuk sebagai Plh Sekda Klaten, Berikut Penjelasan BKPSDM |
![]() |
---|
Penghasilan Pengemis dan Gelandangan di Klaten Rp150-Rp400 Ribu Sehari |
![]() |
---|
Setelah Sekda Klaten Ditahan Kejari, Bupati Hamenang Tunjuk Himawan sebagai Plh |
![]() |
---|
Senyum Gembira Nenek Endang Setelah Terima Kabar Kasus Dugaan Pelanggaran Hak Siar Dihentikan Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.