Hari Buku Sedunia, Berikut 5 Buku Legendaris Indonesia yang Wajib Kamu Baca

Berikut buku novel yang telah mengukir namanya dalam sejarah sastra Indonesia yang patut untuk terus diapresiasi dan dikenang

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Tribunnews.com
Novel Bumi Manusia - Pramoedya Ananta Toer 

Perjumpaannya dengan Nyai Ontosoroh, seorang wanita pribumi yang cerdas, mandiri, dan memiliki pandangan modern meskipun tidak menikah secara resmi dengan seorang Belanda, menjadi inti dari perkembangan karakter Minke dan pemahaman barunya tentang ketidakadilan kolonialisme, perjuangan kelas, dan benih-benih nasionalisme yang mulai tumbuh. 

Dengan gaya penceritaan yang kuat dan riset sejarah yang mendalam, "Bumi Manusia" tidak hanya menyajikan kisah fiksi yang memikat, tetapi juga potret zamannya yang kaya dan menggugah kesadaran akan identitas kebangsaan dan kemanusiaan.

 

4. Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana (1936). 

Novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisjahbana, yang pertama kali terbit pada tahun 1936 oleh Balai Pustaka, adalah sebuah karya sastra penting yang merefleksikan pergolakan pemikiran dan cita-cita perempuan Indonesia di era modern awal. 

Melalui kisah dua bersaudara, Maria dan Tuti, yang memiliki karakter dan pandangan hidup yang berbeda, 

Alisjahbana mengeksplorasi tema-tema emansipasi wanita, modernitas, dan peran perempuan dalam membangun bangsa. 

Maria digambarkan sebagai sosok yang lincah, periang, dan terbuka pada perasaan, sementara Tuti lebih serius, aktif dalam pergerakan wanita, dan memiliki pandangan yang lebih rasional dan terorganisir. 

Kehadiran Yusuf, seorang mahasiswa kedokteran yang awalnya tertarik pada Tuti namun kemudian menjalin kasih dengan Maria, menjadi katalisator bagi perkembangan karakter dan konflik dalam novel ini.

Lebih dari sekadar kisah cinta, Layar Terkembang menyajikan perdebatan mengenai arah modernisasi dan bagaimana perempuan Indonesia dapat mengambil peran aktif di dalamnya.

Tuti dengan semangat perjuangan hak-hak wanita dan keterlibatannya dalam organisasi, merepresentasikan gagasan tentang perempuan yang berpendidikan, mandiri, dan berkontribusi pada kemajuan sosial. 

Sementara itu, melalui kisah cinta Maria dan Yusuf, novel ini juga menyentuh aspek emosional dan pribadi dalam kehidupan perempuan. 

Tragisnya, penyakit yang merenggut nyawa Maria menjadi titik balik yang mengharukan dan memaksa Tuti untuk menghadapi kenyataan hidup serta pesan terakhir adiknya terkait Yusuf.

Sebagai salah satu karya pelopor sastra modern Indonesia, Layar Terkembang tidak hanya menawarkan alur cerita yang menarik, tetapi juga menjadi representasi penting dari semangat zaman dan diskursus mengenai identitas dan peran perempuan di tengah arus perubahan sosial budaya. 

Gaya bahasa Sutan Takdir Alisjahbana yang khas dan penggambaran karakter yang kuat menjadikan novel ini terus relevan sebagai cerminan sejarah pemikiran dan perkembangan kesadaran gender di Indonesia. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved