Viral Keluhan Aroma Pesing di Kawasan Malioboro, Ini Respons Wali Kota Yogya

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo pun merepons keluhan itu dan memastikan aroma pesing bukan berasal dari air kencing manusia.

|
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Yoseph Hary W
Dok. UPT PKCB Kota Yogya
MALIOBORO PESING: Proses pembersihan area beraroma pesing yang dikeluhkan wisatawan di kawasan Malioboro, Kota Yogya, Rabu (9/4/25). 

TRIBUNJOGJA.COM - Keluhan wisatawan terkait aroma pesing yang tercium di kawasan Malioboro mencuat di media sosial beberapa hari terakhir.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo pun merepons keluhan itu dan memastikan aroma pesing bukan berasal dari air kencing manusia.

"Ya, tadi aku di-WA (WhatsApp), Malioboro bau pesing, langsung saya cek gitu. Saya cek, ini gimana kok bau persing," katanya, Rabu (9/4/25).

"Ternyata, itu bukan kencingnya manusia ya, tapi kencingnya jaran (kuda) gitu ya. Tadi, saya sudah, oh ternyata itu kencingnya jaran," urai Hasto.

Sejauh ini, pihaknya telah mengoordinasikannya dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, agar segera mengatasi keluhan itu. 

Menurutnya, yang harus diperhatikan adalah wadah kotoran kuda andong, yang sehari-harinya diparkirkan di sepanjang pusat perekonomian Kota Yogya tersebut.

"Saya udah bilang sama UPT, ini pampers-nya jaran harus diperbaiki. Tadi saya udah dikirimin foto-fotonya itu. Tadah tahinya jaran kayak apa loh," katanya.

Berdasar hasil pengamatannya, wadah kotoran kuda di Malioboro memang harus dibenahi, supaya air kecil atau air besarnya tidak sampai tumpah ke jalanan.

Terlebih, jika kudanya berjenis kelamin jantan, maka potensi melubernya kencing bakal semakin besar, sehingga harus segera dicarikan solusi konkret.

"Kalau menurut saya, ya mungkin lebih mudah kita mengontrol yang betina. Kalau jantan kan ke depan kencingnya, itu pasti mancur ke depan," ujarnya.

Saat dikonfirmasi, Kepala UPT Pengelolaan Kawasan Cagar Budaya, Ekwanto, mengaku sudah melakukan penanganan terkait keluhan aroma pesing di Malioboro.

Meski upaya penyemprotan rutin sudah dilakukan setiap hari, lanjutnya, petugasnya tetap menempuh pembersihan ulang sampai benar-benar tuntas.

"Kita bersihkan lagi dengan sabun, supaya benar-benar clear area tersebut. Kemungkinan penyebabnya tidak semata-mata kencing kuda," ucapnya.

"Tapi, bisa jadi, disebabkan oleh penampungan kotoran kuda yang tidak setiap hari dibersihkan. Evaluasi kami, supaya proper, memang setiap hari harus dibersihkan," imbuh Ekwanto. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved