Ini Strategi Malaysia Hadapi Tarif Impor Trump

Ketidakpastian dalam keputusan AS membuat Malaysia harus mengambil langkah yang lebih strategis dan berhati-hati.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
ist
ILUSTRASI : Bendera Malaysia 

TRIBUNJOGJA.COM - Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim menegaskan bahwa Malaysia tidak akan terburu-buru merespons kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) yang diterapkan di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

Menurutnya, ketidakpastian dalam keputusan AS membuat Malaysia harus mengambil langkah yang lebih strategis dan berhati-hati.

Dikutip dari New Strait Times, Kamis (3/4/2025), Anwar menyatakan bahwa kebijakan Malaysia sejalan dengan prinsip sentralitas ASEAN, yang mengedepankan pendekatan independen dan netral sambil tetap membangun jaringan dengan berbagai negara.

“Kebijakan Malaysia, sebagaimana disepakati oleh ASEAN, didasarkan pada prinsip sentralitas. Ini berarti mengadopsi pendekatan yang independen dan netral sambil membangun jaringan dengan semua negara, meskipun hubungan kita dengan China, Brasil, Afrika Selatan, Kanada, dan Meksiko mungkin tampak lebih dekat,” ujar Anwar.

Baca juga: 184 Daftar Negara yang Terdampak Tarif Timbal Balik oleh Amerika Serikat, Siapa yang Paling Tinggi?

Anwar menekankan bahwa Malaysia tetap menjaga hubungan baik dengan AS, yang masih menjadi mitra dagang utama dengan kontribusi perdagangan sebesar 11 persen dan ekspor sebesar 13 persen. Namun, ia juga mengakui bahwa kebijakan perdagangan AS bisa berubah sewaktu-waktu.

“Misalnya, baru kemarin pagi, terjadi perubahan kebijakan ketika ia memutuskan untuk tidak melanjutkan, dan malah menunda, penerapan tarif terhadap Kanada dan Meksiko. Dalam waktu satu bulan, perubahan kebijakan mungkin terjadi atau dipertahankan,” jelasnya dalam sesi Tanya Jawab Perdana Menteri di Dewan Rakyat.

Malaysia tidak hanya bergantung pada AS, tetapi juga agresif memperluas jaringan dagangnya dengan negara-negara lain.

Beberapa langkah yang telah dilakukan termasuk memperkuat hubungan dengan Afrika Selatan, Ethiopia, Brasil, Peru, China, dan Rusia. 

“Kami juga telah membuka hubungan yang lebih baik dengan China dan Rusia. Dengan jaringan ini, kami yakin dapat menciptakan peluang investasi baru dan memperluas pasar ekspor ke lebih banyak negara,” tambah Anwar.

Di sisi lain, Kementerian Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia (MITI) menegaskan bahwa Malaysia tidak mempertimbangkan untuk menerapkan tarif balasan terhadap AS.

“Tarif AS memengaruhi banyak negara dengan implikasi yang berpotensi signifikan bagi perdagangan dan pertumbuhan global,” tulis MITI dalam pernyataannya.

MITI juga menyebutkan bahwa Malaysia akan memanfaatkan berbagai perjanjian perdagangan internasional untuk mencari keuntungan dagang timbal balik.

Salah satu strategi yang ditempuh adalah mengejar perjanjian perlindungan teknologi dengan AS untuk memfasilitasi kerja sama di sektor semikonduktor, kedirgantaraan, dan ekonomi digital.

Selain itu, Pusat Komando Geoekonomi Nasional (NGCC) akan mengevaluasi dampak tarif AS dan mempertimbangkan strategi mitigasi untuk melindungi perekonomian Malaysia.

Menurut data Biro Analisis Ekonomi AS, Malaysia saat ini menempati peringkat ke-15 sebagai negara dengan surplus perdagangan tertinggi dengan AS, mencapai 24,8 miliar dolar AS pada tahun 2024.

Dengan strategi diversifikasi perdagangan dan perluasan jaringan global, Malaysia optimistis dapat menghadapi tantangan yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif AS dan memastikan stabilitas ekonominya di tengah ketidakpastian global. (*)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved