Puisi

Makna Puisi Aku Tulis Pamflet Ini karya W.S. Rendra, Seruan Kebebasan Berpendapat

Willibrordus Surendra Broto Rendra, atau lebih dikenal dengan nama W.S. Rendra, adalah seorang penyair, dramawan, aktor, dan sutradara teater Indonesi

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
Tribun Jateng
Gambar Foto Penyair WS Rendra 

Di dalam alam masih ada cahaya.

Matahari tenggelam diganti rembulan.

Lalu besok pagi pasti terbit kembali.

Dan di dalam air lumpur kehidupan,

aku melihat bagai terkaca:

Ternyata kita, toh, manusia!

 

Makna Puisi “Aku Tulis Pamflet Ini”

Puisi ini adalah sebuah kritik sosial yang tajam terhadap kondisi masyarakat yang tertekan dan dibungkam. 

Puisi ini menggambarkan bagaimana lembaga pendapat umum, yang seharusnya menjadi wadah aspirasi rakyat, justru "ditutupi jaring labah-labah".

Hal ini berarti bahwa kebebasan berpendapat dibatasi, dan orang-orang dipaksa untuk "bicara dalam kasak-kusuk".

"Ungkapan diri ditekan menjadi peng-iya-an" menggambarkan bagaimana orang-orang dipaksa untuk setuju dengan penguasa, tanpa boleh mengkritik.

"Ketidakpastian merajalela" dan "kehidupan menjadi teka-teki, menjadi mara-bahaya" menggambarkan kondisi masyarakat yang penuh dengan ketidakpastian dan ketakutan.

"Kenapa ketakutan menjadi tabir pikiran?" dan "Kekhawatiran telah mencemarkan kehidupan" menunjukkan bagaimana rasa takut telah merusak kehidupan sosial.

Puisi ini mengkritik kekuasaan yang otoriter dan monopoli.

"Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam" menggambarkan bagaimana kehidupan tanpa kritik menjadi hambar dan tidak berwarna.

"Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan. Tidak mengandung perdebatan. Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan." Penggambaran tentang lembaga pendapat umum yang seharusnya netral, justru menjadi alat penguasa.

Meskipun penuh dengan kritik, puisi ini juga mengandung harapan.

"Di dalam alam masih ada cahaya. Matahari tenggelam diganti rembulan. Lalu besok pagi pasti terbit kembali" menggambarkan siklus kehidupan yang terus berlanjut.

"Ternyata kita, toh, manusia!" sebagai penutup, adalah pesan bahwa di tengah semua perbedaan dan konflik, kita semua adalah manusia yang memiliki hak dan martabat yang sama.

Penggunaan istilah "pamplet" dalam puisi ini, merupakan sebuah simbol perlawanan, melalui tulisan.

Pamplet adalah media untuk menyampaikan pesan-pesan kritik dan perlawanan, dan penyair ingin menggunakan pamplet sebagai sarana untuk menyuarakan aspirasi rakyat. (MG Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita) 

 

 

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved