UNISA Dukung Ekosistem Ekonomi Sirkular untuk Pemberdayaan Kaum Marginal

UNISA Yogyakarta bersama Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Minggu (23/3/2025),

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
Dok.Istimewa
UNISA Dukung Ekosistem Ekonomi Sirkular untuk Pemberdayaan Kaum Marginal, Minggu (23/3/2025) 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Forum Inklusi Sosial dilaksanakan Universitas 'Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta bersama Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, Minggu (23/3/2025), di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan. 

Acara yang dimulai pukul 15.30 WIB ini menghadirkan 11 kelompok jaringan, termasuk tiga komunitas difabel, sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat akar rumput.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr Warsiti, mengatakan forum ini merupakan bagian penting dalam membangun jaringan pemberdayaan masyarakat, sekaligus menjadi tuan rumah untuk Pengajian Ramadan bersama Komunitas.

“Kegiatan ini sejalan dengan visi kami dan nilai-nilai yang kami junjung tinggi, yaitu inklusivitas, pemberdayaan, dan penguatan peran masyarakat akar rumput dalam membangun kesejahteraan bersama,” ujarnya.

Ketua MPM PP Muhammadiyah, Dr M Nurul Yamin, menekankan pentingnya strategi ekonomi sirkular sebagai solusi di tengah tantangan perputaran ekonomi saat ini.

“Strategi yang kami gunakan adalah ekonomi sirkular, yaitu ekonomi berbasis pemberdayaan yang saling menghidupi di dalam ekosistem Muhammadiyah," jelasnya.

Salah satu contoh, M Yamin mengatakan hasil dari Jamaah Tani Muhammadiyah dikonsumsi oleh amal usaha Muhammadiyah, termasuk produk-produk beras dan telur.

Saat ini, MPM PP Muhammadiyah membina sekitar 1.500 komunitas dampingan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk kelompok ekonomi mikro yang fokus pada peternakan ayam dan program penguatan keluarga.

Forum ini juga menampilkan kehadiran komunitas difabel, yakni Difabel yang berfokus pada pemberdayaan keluarga dan pendidikan, Komunitas difabel yang mengembangkan ekonomi mikro melalui simpan pinjam, serta Difabel yang bergerak di bidang pengelolaan rumah produksi dan sampah.

Yamin menegaskan bahwa meskipun menghadapi keterbatasan material, kelompok dampingan harus memiliki mentalitas yang kuat. 

“Yang selalu kami tekankan adalah bahwa meskipun kita mengalami keterbatasan material, kita tidak boleh miskin secara mental. Karena banyak orang yang berlimpah materi, tetapi memiliki mentalitas yang miskin,” tegasnya.

Forum Inklusi Sosial ini merupakan bukti nyata kolaborasi antara pendidikan tinggi, organisasi keagamaan, dan kelompok masyarakat untuk menciptakan ekosistem pemberdayaan yang berkelanjutan dan inklusif. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved