Viral

8 Lirik Lagu Indonesia dengan Vibes Demo

Lagu-lagu yang dinyanyikan bersama-sama dalam demonstrasi dapat memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan para demonstran.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUNJOGJA.COM/ Neti Istimewa Rukmana
AKSI MAHASISWA: Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Bantul menggelar seruan aksi di depan gedung DPRD Kabupaten Bantul, Selasa (18/2/2025). 

TRIBUNJOGJA.COM - Banyak musisi Indonesia yang menciptakan lagu-lagu dengan lirik yang kritis terhadap kondisi sosial dan politik.

Lagu-lagu ini seringkali mengangkat isu-isu seperti ketidakadilan, korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, dan masalah-masalah sosial lainnya.

Lirik-lirik ini mampu membangkitkan semangat para demonstran dan menyuarakan aspirasi mereka.

Musik memiliki kekuatan untuk membangkitkan emosi dan menciptakan rasa solidaritas di antara orang-orang.

Lagu-lagu yang dinyanyikan bersama-sama dalam demonstrasi dapat memperkuat rasa persatuan dan kebersamaan para demonstran.

Irama dan melodi yang kuat dapat memberikan energi tambahan bagi para demonstran.

Berikut lirik lagu-lagu Indonesia yang viral dengan vibes demo: 

 

1. Kami Belum Tentu - Feast 

Tiang masih berdiri

Bendera makin tinggi

Berkibar tiap pagi

Dimakan matahari

Merah makin memudar

Yang bunglon merasa benar

Putih makin menguning

Yang pintar masih berpaling

Ditinggal beasiswa

Tenang kawan, tak apa

Bertahan, buat apa?

Belum ada artinya

Masih dipeluk setan

Alergi peradaban

Alergi kemajuan

Mendorong kemunduran

Pemimpin di esok hari

(Adakah yang cukup mampu?)

Mewakilkan suara kami

(Jelas tak ada yang tahu!)

Ada yang cukup peduli

Umat yang dikelabui

Melupakan masa lalu

(Namun kami belum tentu!)

Earth-03 kerusuhan lagi

Earth-04 perang nuklir lagi

Jadikan pelajaran

Jangan sampai rusak beneran

Earth-02 masih main tusuk

Tiap hari kian buruk

Ayo cepat mending rujuk

Jangan sampai salah tunjuk

Pemimpin di esok hari

(Adakah yang cukup mampu?)

Mewakilkan suara kami

(Jelas tak ada yang tahu!)

Ada yang cukup peduli

Umat yang dikelabui

Melupakan masa lalu

(Namun kami belum tentu!)

Pemimpin di esok hari

(Adakah yang cukup mampu?)

Mewakilkan suara kami

(Jelas tak ada yang tahu!)

Ada yang cukup peduli

Umat yang dikelabui

Melupakan masa lalu

(Namun kami belum tentu!)

Apa guna gelar kami?

(Siapa yang sudah tahu?)

Jadi apa tua nanti?

(Tentu kami belum tahu!)

Tumblr, Reddit diblok lagi

(Siapa bilang situs biru?)

Untuk apa terkoneksi

(Jika masih mati lampu?)

Cukup dikasih hati

(Masih minta tambah paru)

Pura-pura bersih lagi

(Bagaikan Kalpataru)

Jelas-jelas tangan besi

(Masih berlagak rindu!)

Sembah Tuhan tiap minggu

(Tapi masih lempar batu)

Ada yang cukup peduli

Umat yang dikelabui

Melupakan masa lalu

(Namun kami belum tentu!)

Ada yang cukup peduli

Umat yang dikelabui

Melupakan masa lalu

(Namun kami belum tentu!)

 

2. Buruh Tani - Marjinal 

buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota

bersatu padu rebut demokrasi

gegap gempita dalam satu suara

demi tugas suci yang mulia


hari hari esok adalah milik kita

terciptanya masyarakat sejahtera

terbentuknya tatanan masyarakat

indonesia baru tanpa orba


marilah kawan mari kita kabarkan

di tangan kita tergenggam arah bangsa

marilah kawan mari kita nyanyikan

sebuah lagu tentang pembebasan

di bawah kuasa tirani

kususuri garis jalan ini

berjuta kali turun aksi

bagiku satu langkah pasti

berjuta kali turun aksi

bagiku satu langkah pasti

bagiku satu langkah pasti


3. Ibu Pertiwi - Shanna Shannon Cover 

Kulihat ibu pertiwi

Sedang bersusah hati

Air matanya berlinang

Mas intannya terkenang


Hutan gunung sawah lautan

Simpanan kekayaan

Kini ibu sedang lara

Merintih dan berdoa


Kulihat ibu pertiwi

Kami datang berbakti

Lihatlah putra-putrimu

Menggembirakan ibu


Ibu kami tetap cinta

Putramu yang setia

Menjaga harta pusaka

Untuk nusa dan bangsa


Kulihat ibu pertiwi

Sedang bersusah hati

Air matanya berlinang

Mas intannya terkenang


Hutan gunung sawah lautan

Simpanan kekayaan

Kini ibu sedang lara

Merintih dan berdoa


Menjaga harta pusaka

Untuk nusa dan bangsa


4. Tikus Tikus Kantor - Iwan Fals 

Kisah usang tikus-tikus kantor

Yang suka berenang di sungai yang kotor

Kisah usang tikus-tikus berdasi

Yang suka ingkar janji lalu sembunyi


Di balik meja teman sekerja

Di dalam lemari dari baja


Kucing datang cepat ganti muka

Segera menjelma bagai tak tercela

Masa bodoh hilang harga diri

Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi


Tikus-tikus tak kenal kenyang

Rakus, rakus, bukan kepalang

Otak tikus memang bukan otak udang

Kucing datang tikus menghilang


Kucing-kucing yang kerjanya molor

Tak ingat tikus kantor datang menteror

Cerdik, licik, tikus bertingkah tengik

Mungkin karena sang kucing pura-pura mendelik


Tikus tahu sang kucing lapar

Kasih roti jalan pun lancar

Memang sial sang tikus teramat pintar

Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar


Tikus-tikus tak kenal kenyang

Rakus, rakus, bukan kepalang

Otak tikus memang bukan otak udang

Kucing datang tikus menghilang


5. Surat Buat Wakil Rakyat - Iwan Fals 

Untukmu yang duduk sambil diskusi

Untukmu yang biasa bersafari

Di sana, di gedung DPR

Wakil rakyat kumpulan orang hebat

Bukan kumpulan teman teman dekat

Apalagi sanak famili

Di hati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan

Jangan ragu, jangan takut karang menghadang

Bicaralah yang lantang, jangan hanya diam


Di kantong safarimu kami titipkan

Masa depan kami dan negeri ini

Dari Sabang

Sampai Merauke

Saudara dipilih bukan dilotre

Meski kami tak kenal siapa saudara

Kami tak sudi memilih para juara

Juara diam, juara "he-eh" juara "hahaha"


Untukmu yang duduk sambil diskusi

Untukmu yang biasa bersafari

Di sana

Di gedung DPR

Di hati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan

Jangan ragu, jangan takut karang menghadang

Bicaralah yang lantang, jangan hanya diam

You might also like


Wakil rakyat seharusnya merakyat

Jangan tidur waktu sidang soal rakyat

Wakil rakyat bukan paduan suara

Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"

Wakil rakyat seharusnya merakyat

Jangan tidur waktu sidang soal rakyat

Wakil rakyat bukan paduan suara

Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"

Wakil rakyat seharusnya merakyat

Jangan tidur waktu sidang soal rakyat

Wakil rakyat bukan paduan suara

Hanya tahu nyanyian lagu "setuju"

Wakil rakyat seharusnya merakyat

Jangan tidur waktu sidang soal rakyat

Wakil rakyat bukan paduan suara


6. Peradaban - Feast

Bawa pesan ini ke persekutuanmu

Tempat ibadah terbakar lagi

Bawa pesan ini lari ke k′luargamu

Nama kita diinjak lagi


Bagai keset "Selamat datang"

Masuk kencang tanpa diundang

Ambil minum, lepas dahaga

Rampas galon, dispenser pula

Yang jadi saksi harus kuat

Tak terbutakan dunia, akhirat

Yang patah tumbuh, yang hilang berganti

Gapura hancur dibangun lagi


Kar'na peradaban takkan pernah mati

Walau diledakkan, diancam ′tuk diobati

Kar'na peradaban berputar abadi

Kebal luka bakar, tusuk, atau caci-maki

Kar'na peradaban takkan pernah mati

Walau diledakkan, diancam ′tuk diobati

Kar′na peradaban berputar abadi

Kebal luka bakar, tusuk, atau caci-maki


Beberapa orang menghakimi lagi

Walaupun diludahi zaman seribu kali

Beberapa orang memaafkan lagi

Walau sudah ditindas habis berkali-kali

chorus

Kar'na peradaban takkan pernah mati

Walau diledakkan, diancam ′tuk diobati

Kar'na peradaban berputar abadi

Kebal luka bakar, tusuk, atau caci-maki

Kar′na peradaban takkan pernah mati

Walau diledakkan, diancam 'tuk diobati

Kar′na peradaban berputar abadi

Kebal luka bakar, tusuk, atau caci-maki


Kar'na kehidupan tidak ternodai

Maknanya jika kau tak sepaham dengan kami

Kar'na kematian tanggungan pribadi

Bukan milik siapa pun untuk disudahi

Budaya, bahasa berputar abadi

Jangan coba atur tutur kata kami

Hidup tak sependek penis laki-laki

Jangan coba atur gaya berpakaian kami


Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri

Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri

Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari

Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati

Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri

Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri

Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari

Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati

Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri

Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri

Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari

Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati

Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri

Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri

Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari

Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati

Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri

Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri


Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari

Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati

Suatu saat nanti tanah air kembali berdiri

Suatu saat nanti kita memimpin diri sendiri

Suatu saat nanti kita meninggalkan sidik jari

Suatu saat nanti semoga semua berbesar hati


7. Gugatan Rakyat Semesta - Feast 

(Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan)

(Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan)

(Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan)

(Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan)


Sudah siapkah kau ′tuk melihat esok hari?

Tanpa parasit yang makan lebih dari babi

Tanpa kaki yang bersepatu semahal sapi

Mulut yang semanis minuman berkarbonasi


Sudah siapkah kau 'tuk ciptakan esok hari?

Kaukepung kastil yang berpura-pura peduli (peduli)

Duduki atap hijau dan m′reka kabur lari

Bendera warna-warni, kau tak dipecah lagi


Tak ada waktu yang benar-benar tepat

Ciptakanlah sendiri

Tak ada tembok yang benar terlalu kuat

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan


Ku tak memintamu 'tuk taruh nyawa di jalan

Ku hanya b'ri tahu bahwa s′lalu ada jalan

Jika kau sangat serius ingin perubahan

M′reka kira kau lemah, kau jadi setan


Sudah siapkah kau 'tuk hidupi esok hari?

Apa pun yang kaupercayai, pasti hakiki

Siapa yang kaucinta, kau dihargai

Dari mana kau datang dan pergi, dilindungi


Kеnyamanan hanya dipinjamkan sementara

Tunjukkan bahwa kaulah yang pegang pеrcaya

Tunjukkan bahwa kaulah yang punya kuasa

Tunjukkan gemuruh gugatan rakyat semesta


Ku tak memintamu ′tuk taruh nyawa di jalan

Ku hanya b'ri tahu bahwa s′lalu ada jalan

Jika kau sangat serius ingin perubahan

M'reka kira kau lemah, kau jadi setan


(Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan)

(Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan)

(Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan)

(Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan)


Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan


Ku tak memintamu ′tuk taruh nyawa di jalan

Ku hanya b'ri tahu bahwa s'lalu ada jalan

Jika kau sangat serius ingin perubahan

M′reka kira kau lemah, kau jadi setan

Ku tak memintamu ′tuk taruh nyawa di jalan

Ku hanya b'ri tahu bahwa s′lalu ada jalan

Jika kau sangat serius ingin perubahan

M'reka kira kau lemah, kau jadi setan


Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan

Rapatkan barisan, petir di kepalan tangan


8. Di Udara - Efek Rumah Kaca 

Aku sering diancam

juga teror mencekam

Kerap ku disingkirkan

sampai dimana kapan

Ku bisa tenggelam di lautan

Aku bisa diracun di udara

Aku bisa terbunuh di trotoar jalan

tapi aku tak pernah mati

Tak akan berhenti

Aku sering diancam

juga teror mencekam

Ku bisa dibuat menderita

Aku bisa dibuat tak bernyawa

di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Tapi aku tak pernah mati

Tak akan berhenti

Tapi aku tak pernah mati

Tak akan berhenti

Ku bisa dibuat menderita

Aku bisa dibuat tak bernyawa

di kursi-listrikkan ataupun ditikam

Ku bisa tenggelam di lautan

Aku bisa diracun di udara

Aku bisa terbunuh di trotoar jalan

Tapi aku tak pernah mati

Tak akan berhenti (MG Ni Komang Putri Sawitri Ratna Duhita) 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved