Takmir Masjid Al Ikhlas Jodog Bantul Buka Suara Terkait Kejadian Dugaan Keracunan Makanan Takjil

Sejauh ini ada dua warga setempat yang masih menjalani rawat inap di rumah sakit akibat dugaan keracunan takjil tersebut.

Dok. Istimewa
ILUSTRASI - Keracunan makanan 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Takmir Masjid Al Ikhlas, Padukuhan Jodog, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, buka suara terkait kejadian dugaan keracunan takjil di masjid tersebut. 

Diberitakan, takjil itu dikonsumsi oleh anak-anak untuk berbuka puasa di Masjid Al Ikhlas Jodog pada Sabtu (15/3/2025) sore.

Takmir Masjid Al Ikhlas Jodog, Nurul Fuad, mengungkapkan sejauh ini ada dua warga setempat yang masih menjalani rawat inap di rumah sakit akibat dugaan keracunan takjil tersebut.

Satu orang berusia sekitar 20 tahun dan menjalani rawat inap di RS UII, sementara satu lainnya adalah anak-anak dan menjalani rawat inap di RSUD Panembahan Senopati.

"Ini saya baru mau lihat keadaan mereka. Sebenarnya, ada satu lagi yang menjalani rawat inap. Tapi, sudah diperbolehkan pulang tadi siang. Jadi tinggal dua orang yang menjalani rawaat inap," katanya saat dikonfirmasi, Selasa (18/3/2025).

Ia pun mencatat, secara total ada 36 orang yang terkena keracunan takjil.

Dari angka itu sebagian besar dialami oleh anak-anak.

Pasalnya, makanan tersebut sebenarnya disajikan untuk kategori anak-anak hingga remaja.

"Makanan itu untuk anak-anak dan biasanya juga sama walinya. Karena, di tempat kami itu ada jadwal untuk mengisi takjil selain Senin dan Kamis itu, khusus anak-anak. Dan saat kejadian itu kan hari Sabtu, jadi makanannya khusus untuk anak-anak," tuturnya.

Akan tetapi, saat momen pembagian takjil Nurul mengaku tidak mengatahuinya.

Pasalnya, saat hari Sabtu, ia tidak berada di masjid dikarenakan mengikuti kegiatan lain.

Meski demikian, dari jumlah yang terdampak keracunan takjil, Nurul mengungkapkan bahwa sebagian besar hanya menjalani rawat jalan dan sudah mulai membaik.

"Warga kami yang terkena keracunan makanan itu tidak langsung bereaksi keluhan keracunan. Itu kan dimakan Sabtu sore, jadi rata-rata bereaksi hari Minggu malam. Tapi, waktu itu belum mengetahui kalau ada dugaan keracunan makanan. Pas hari Senin itu baru banyak yang mengalami hal sama," bebernya.

Baca juga: Puluhan Warga Bantul Diduga Keracunan Makanan seusai Santap Takjil

Dari situ, baru ditelusuri dan baru diketahui bahwa penyebab keluhan yang dirasakan berasal dari makanan takjil yang dibagikan dari katering asal Pendowoharjo.

Adapun keluhan yang dirasakan oleh para pasien diduga keracunan takjil tersebut berupa demam, muntah, dan diare.

"Yang diare itu ada yang diobati sendiri, terus sembuh. Tapi, ada juga yang berobat di layanan kesehatan. Setelah itu booming dan ketahuan kalau sumbernya sama-sama dari makanan katering itu," ujar Nurul. 

Asal Makanan

Nurul mengungkapkan makanan takjil itu berasal dari salah satu katering di Kalurahan Pendowoharjo, Kapanewon Sewon.

Makanan itu dipesan oleh salah satu warga Gilangharjo yang mendapat jatah untuk mengisi takjil di Masjid Al Ikhlas Jodog.

"Kan biasanya untuk mengisi takjil itu diserahkan ke warga kami dan itu digilir per keluarga. Nah, kebetulan kali ini, keluarga itu memasan takjil di katering yang ada di Pandowoharjo," ucapnya.

Disampaikannya, ada sekitar 150 makanan takjil yang dipesan di tempat katering tersebut.

Namun, yang dibawa ke masjid ada sekitar 125 makanan, sedangkan sisanya dikonsumsi pribadi oleh keluarga yang menerima jatah mengisi takjil dan dibagikan kepada beberapa orang lain.

"Takjil itu makanan rice bowl. Isinya ada nasi, ayam fillet, dan telur goreng. Ayamnya itu seperti dibuat teriyaki. Waktu ditelusuri, ternyata ada yang enggak makan lauknya saja, tidak ada reaksi keluhan. Tapi, yang makan nasinya itu bereaksi. Jadi kemungkinan itu berasal dari nasi," tuturnya.

Sedangkan, untuk sajian minum tidak didapatkan dari katering. Kata Nurul, minuman yang sajikan berupa teh yang dibuat sendiri.

Seluruh makanan tersebut telah dibawa ke laboraturium oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul untuk dilakukan pengujian dan dicari tahu penyebabnya.

"Jadi semuanya sudah komplet yang dibawa sama orang dinas itu untuk dilakukan uji coba. Dan tadi, Polsek Pandak juga sudah memanggil pihak katering itu. Tapi, pihak katering belum ketamu sama saya, jadi belum ada omong-omongan (pembicaraan)," papar dia.

Seusai kejadian tersebut, Nurul menyebut bahwa kegiatan masjid tetap berjalan seperti biasa.

Namun, kemungkinan kalangan anak-anak tidak banyak yang datang untuk ikut buka bersama di Masjid Al Ikhlas dikarenakan ada yang masih mengeluhkan sakit.

"Tapi selanjutnya tetap berjalan seperti biasa. Saat ini juga masih ada yang setoran ngasih takjil ke jemaah masjid kami, karena yang mengisi takjil itu kan sudah dikasih jadwal. Dan kita enggak ada warning atau gimana-gimana ke warga. Karena ini kan hanya enggak selalu terjadi," tuturnya.

Tanggung Jawab Pengobatan

Nurul mengatakan, seluruh orang yang terkena keracunan tersebut mendapatkan uang ganti biaya pengobatan.

Di mana, pasien yang berobat mandiri yakni di klinik maupun dokter pribadi mendapatkan uang ganti biaya pengobatan dari infak masjid.

Sedangkan yang berobat di layanan kesehatan pemerintah mendapatkan uang ganti biaya pengobatan dari Pemerintah Kabupaten Bantul.

"Karena, kejadian luar biasa ini, pemerintah setempat juga turun tangan. Tadi Dinas Kesehatan sudah turun juga dan yang rawat inap di rumah sakit itu biayanya ditanggung oleh pemerintah setempat," katanya.

Saat disinggung terkait besaran biaya yang dibutuhkan, Nurul mengaku belum mengetahuinya.

Pasalnya, pihaknya berasama pihak terkait masih melakukan pendataan terkait kasus tersebut.

"Untuk pendataan yang dicover oleh kami dari Masjid Al Ikhlas, masih didata juga. Pendataannya hari ini sampai besok," tutup dia.(*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved